Senin 07 Jan 2019 10:56 WIB

Otoritas Palestina Tarik Pekerja dari Perlintasan Mesir-Gaza

Keputusan tersebut secara efektif menutup titik keluar utama dari Jalur Gaza

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Esthi Maharani
Warga Palestina berlarian saat tentara Israel menembak dengan gas air mata di Jalur Gaza, Selasa (3/4).
Foto: AP Photo/Adel Hana
Warga Palestina berlarian saat tentara Israel menembak dengan gas air mata di Jalur Gaza, Selasa (3/4).

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA - Otoritas Palestina mengatakan telah memerintahkan para pekerjanya untuk keluar dari perlintasan Rafeh di perbatasan Gaza-Mesir, pada Ahad (6/1). Keputusan tersebut secara efektif menutup titik keluar utama dari Jalur Gaza itu karena tidak adanya operator.

Pertikaian mengenai perlintasan perbatasan bermula dari keretakan antara Otoritas Palestina dan kelompok Hamas. Otoritas Palestina bermarkas di wilayah pendudukan di Tepi Barat dan dipimpin oleh Presiden Palestina Mahmoud Abbas yang didukung Barat. Sementara kelompok Hamas telah mengambil kendali atas Gaza lebih dari satu dekade lalu dalam sebuah pengadilan sipil.

Jika ingin kembali membuka perlintasan Rafeh, Mesir harus menyetujui operator baru. Menurut kelompok-kelompok hak asasi manusia perlintasan ini adalah satu-satunya titik keluar dari Gaza untuk sekitar 95 persen dari 2 juta penduduknya. Belum diketahui dengan jelas apakah Hamas akan diizinkan untuk mengoperasikan perlintasan itu. Kairo sejauh ini belum mengomentari situasi tersebut.

Pekerja Otoritas Palestina dikerahkan ke perbatasan Gaza dengan Israel dan Mesir pada 2017 di bawah mediasi Mesir. Langkah ini dilihat sebagai langkah konkret pertama untuk mengakhiri perselisihan.

Otoritas Palestina mengatakan, keputusannya untuk menarik para pekerjanya dari perlintasan perbatasan merupakan tanggapan terhadap Hamas yang telah merusak operasinya dan menahan beberapa pekerjanya.

"Setelah adanya desakan Hamas untuk memperkuat divisi .. serta penahanan dan penindasan terhadap pekerja kami, kami menjadi yakin bahwa tidak ada gunanya mempertahankan keberadaan kami di sana," kata Otoritas Palestina dalam sebuah pernyataan.

Keputusan itu mulai berlaku pada Senin (7/1), meskipun perlintasan tersebut sudah dijadwalkan akan ditutup sampai Selasa (8/1) karena hari libur. Juru bicara Hamas, Fawzi Barhoum, mengatakan kepada Reuters dengan adanya penutupan perlintasan itu, maka Abbas telah memberikan sanksi tambahan terhadap rakyat Gaza.

"Ini merupakan pukulan bagi ... Mesir, yang telah mengawasi penyerahan perlintasan sebagai bagian dari implementasi kesepakatan rekonsiliasi yang telah dihancurkan Abbas," ujar Barhoum.

Kemiskinan merajalela di Gaza karena blokade Israel-Mesir dan tiga konfrontasi bersenjata dengan Israel sejak 2008, serta persaingan internal. Israel mengatakan blokadenya bertujuan untuk menghentikan senjata memasuki wilayah tersebut.

Kedua faksi di Palestina telah mencoba dan gagal berkali-kali untuk mengakhiri pertikaian mereka.

Pejabat dari gerakan Fatah pimpinan Abbas mengatakan pasukan keamanan pimpinan Hamas telah menahan hampir 400 pendukung dan aktivis mereka di Gaza dalam beberapa hari terakhir. Sementara Hamas mengatakan puluhan anggota mereka juga telah ditahan oleh Otoritas Palestina di Tepi Barat.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement