Selasa 03 Dec 2013 13:31 WIB

Palestina Ingin Jadikan Natal Momen Cinta, Keadilan dan Perdamaian

Mahmoud Abbas, Presiden Palestina (ilustrasi)
Foto: dailymail.co.uk
Mahmoud Abbas, Presiden Palestina (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA CITY -- Mendekati akhir tahun, Palestina bersiap untuk menerima wisatawan yang ingin menghabiskan sisa waktu di wilayah-wilayah Palestina pada momen perayaan Natal dan Tahun Baru.

Seperti halnya negara-negara yang mempunyai situs religi dan sejarah, Palestina mengandalkan bisnis pariwisata rohani untuk meningkatkan taraf hidup rakyatnya dan menunjang pendapatan negara.

Pimpinan Kota Betlehem mengatakan, momen Natal ini akan dijadikan sebagai waktu untuk saling berbagi cinta, harapan, keadilan dan perdamaian.

"Kota kami telah menjadi lebih kecil karena pencaplokan terus-menerus oleh pemukim liar Israel, " kata Walikota Betlehem Vera Baboun baru-baru ini dilansir Palestine News Network.

Betlehem sebagaimana wilayah-wilayah lainnya di Palestina merupakan tempat-tempat yang dianggap suci oleh berbagai agama di dunia.

Kalangan Kristen mendapat perlindungan dan penjagaan dari masyarakat Palestina yang Muslim untuk melaksanakan ibadahnya.

Toleransi, harmoni dan kerukunan beragama juga terlihat di Gaza.

Orang-orang Kristen di Gaza hidup dalam keselamatan seperti Muslim saudara-saudara mereka . Tidak ada perbedaan antara mereka, kata Uskup Alexius Gereja Ortodoks Romawi di Gaza yang memuji pemerintahan Palestina di bawah kepemimpinan Perdana Menteri Ismail Haniyeh.

Alexius mengatakan hal itu kepada stasiun televisi Jerman, Oktober lalu.

"Hubungan kami dengan pemerintahan Hamas di Gaza berada dalam kerangka kerja sama alami antara Gereja dan pemerintah dan tidak berubah. Hamas dan pemerintah sangat bertanggung jawab menjaga keamanan Gereja dan orang-orang Kristen di Jalur Gaza."

Alexius menambahkan, "Orang-orang kami mengalami rasa aman, bahkan lebih baik dari sebelumnya, dan terutama lebih baik dari pada setelah pecahnya intifada Palestina kedua pada tahun 2000. Sebelum pemerintahan Hamas, kami mengalami kekacauan dan gangguan di jalan-jalan Palestina, tapi, saat ini kami tidak menghadapi masalah apapun. Ya, ada beberapa masalah di awal dan di periode sebelumnya, tetapi insiden ini diatasi. Pemerintah Palestina di Gaza telah mengkonfirmasi bahwa mereka tidak melakukan diskriminasi terhadap umat Kristen di Jalur Gaza berdasarkan sektarianisme agama."

Penasihat media Hamas di Gaza, Taher Al-Nunu, mengatakan, "Orang-orang Kristen di Gaza hidup dengan tenteram seperti saudara Muslim mereka.  Di mata pemerintah, tidak ada perbedaan antara mereka. Pemerintah mengadakan rapat rutin dengan perwakilan dari komunitas Kristen untuk mendengarkan masalah dan kekhawatiran mereka untuk membantu mereka mengembangkan solusi yang tepat."

Gereja Ortodoks Yunani merupakan gereja terbesar dan tertua di antara tiga Gereja di Jalur Gaza sejak era Kaisar Romawi Arcadius di 402 M.

Gereja ini memiliki lembaga sendiri untuk melayani komunitas Kristen Ortodoks di seantero Jalur Gaza, termasuk Dana Gereja (Church Fund), yang merupakan sebuah organisasi amal yang membantu keluarga yang membutuhkan, Gereja juga mempunyai organisasi kepemudaan dan sekolah swasta Ortodoks Yunani dihadiri oleh murid Kristen maupun Muslim.

Selain itu, sebuah Pengadilan Gereja khusus dipimpin langsung oleh Uskup Gereja yang menangani masalah keluarga, seperti pernikahan, perceraian dan serta sengketa umum.

sumber : PNN/DW
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement