Ahad 15 Dec 2013 05:40 WIB

Warga Jalur Gaza Mengungsi Akibat Banjir

 Pos penyeberangan perbatasan Rafah, antara Mesir dan Jalur Gaza, di Rafah, Mesir.
Foto: AP/Roger Anis
Pos penyeberangan perbatasan Rafah, antara Mesir dan Jalur Gaza, di Rafah, Mesir.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Teguh Firmansyah

GAZA -- Banjir hebat memaksa puluhan keluarga di Jalur Gaza Palestina meninggalkan rumah mereka. Tak sedikit yang memilih untuk mengungsi di sekolah-sekolah. Sejumlah bangunan dengan fondasi tak kuat roboh akibat hujan es yang terjadi pada Kamis (12/12).

Kantor Kementerian Kesehatan, seperti dikutip Aljazirah, melaporkan, lebih dari 30 warga terluka akibat terkena runtuhan bangunan atau kecelakaan kendaraan.

Gaza yang terdiri atas 1,8 juta jiwa dipimpin kelompok Palestina Hamas. Mereka mengalami pemadaman listrik 12 jam setiap hari sejak pembangkit listrik tak bisa beroperasi, bulan lalu, akibat kekurangan pasokan minyak. Situasi ini tentunya semakin memperberat kondisi mereka.

Ini merupakan cuaca terburuk yang dihadapi warga Gaza selama 10 tahun terakhir. ''Tidak ada listrik, minyak, dan gas untuk memasak,'' ujar seorang pemilik toko Fayez al-Yazghi kepada Aljazirah. “Kami membutuhkan bantuan dari seluruh dunia untuk menyelamatkan kehidupan.”

Badai musim dingin yang menghantam kawasan Timur Mediterania berdampak kepada cuaca di Timur Tengah. Penduduk setempat membangun jembatan sementara di tengah banjir dengan menggunakan batu bata ataupun papan kaku.

Sementara, para petugas menerjang banjir dengan truk berat ataupun kapal nelayan kecil untuk mengevakuasi warga yang terperangkap genangan air.

Gaza yang merupakan salah satu wilayah paling padat di dunia kekurangan bahan infrastruktur dasar akibat blokade Israel-Mesir. Blokade yang bertujuan untuk menghentikan aliran senjata ke kawasan itu pada kenyatannya juga menghentikan suplai minyak dan kebutuhan dasar warga.

Banyak barang kebutuhan pokok yang diselundupkan lewat jalur-jalur terowongan. Seluruh negara lumpuh akibat pengepungan ini, ujar Abu Hanafi, penduduk Gaza. Dunia menyaksikan Gaza menderita dari bencana ini dan tak melakukan apa-apa.

Di Yerusalem, badai salju mengepung kawasan itu. Polisi terpaksa menutup aksi yang menuju maupun keluar kota tersebut.

Juru Bicara Polisi Micky Rosenfeld mengatakan, warga telah diinformasikan untuk tidak meninggalkan atau masuk ke Yerusalem.

Sepanjang Kamis (12/12) malam, petugas mengevakuasi sedikitnya 1.500 orang yang terjebak di kendaraan mereka.

Rosenfeld mengatakan, pusat penanganan darurat menangani sedikitnya 350 orang akibat kedinginan. Wali Kota Nir Barkat menyatakan, dia meminta bantuan militer. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menggelar pertemuan membahas badai salju itu.

sumber : ap/reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement