Sabtu 11 Nov 2017 20:04 WIB

Ketika Hotel Ritz Carlton Jadi Penjara Mewah Pangeran Saudi

Rep: Dyah Ratna Meta Novia/ Red: Agus Yulianto
 Mohammed bin Salman
Foto: alarabiya
Mohammed bin Salman

REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Pada Sabtu 4 November lalu, para tamu di Ritz Carlton, Riyadh diberitahu oleh hotel mewah tersebut kalau pemesanan tak terduga oleh pemerintah daerah memerlukan tingkat keamanan yang tinggi. "Kami tidak dapat mengakomodasi para tamu, sampai operasi normal dipulihkan," kata Hotel Ritz Carlton.

Dalam beberapa jam pasukan keamanan telah mengumpulkan puluhan pangeran, anggota elit politik, dan bisnis Arab Saudi. Di antara mereka ada 11 pangeran Saudi,  menteri, dan konglomerat kaya. Mereka ada yang diundang ke pertemuan di mana mereka ditahan. Lainnya, ditangkap di rumah mereka dan diterbangkan ke Riyadh atau diantar ke Hotel Ritz Carlton yang diubah menjadi penjara mewah sementara.

Menurut seorang sumber, para tahanan korupsi tersebut diijinkan menelepon satu telepon singkat. "Mereka tidak menerima telepon dan mendapat keamanan ketat. Tidak ada yang bisa masuk atau keluar. Jelas ada banyak persiapan matang untuk itu," katanya, Jumat, (10/11).

Pembersihan tersebut diperintahkan oleh Putra Mahkota Mohammed bin Salman (MBS). Ia akan menjadi raja setelah Raja Salman. MBS terus berupaya melakukan modernisasi Saudi. Ia juga berusaha menopang kekuatannya sendiri hingga memutuskan mengejar para elit Saudi, termasuk beberapa anggota keluarga kerajaan, atas tuduhan seperti menerima suap dan menggembungkan biaya proyek bisnis.

Mereka yang ditangkap tidak bisa dihubungi untuk memberikan komentar. MBS percaya kalau Saudi tidak berubah, maka negara itu akan mengalami krisis. Ekonomi akan tenggelam dalam krisis yang bisa memicu kerusuhan. Hal ini bisa mengancam keluarga kerajaan dan melemahkan negara dalam persaingan regionalnya dengan Iran.

MBS memutuskan untuk membuat gerakan pembersihan ketika dia menyadari bahwa lebih banyak keluarganya yang menentangnya untuk menjadi raja daripada yang dia pikirkan. Ini menurut sumber orang dalam. "Sinyalnya, siapa pun yang ragu memberikan dukungan pada MBS untuk jadi raja harus waspada," kata orang yang akrab dengan kejadian tersebut.

"Seluruh gagasan kampanye antikorupsi ditargetkan ke keluarganya. Selebihnya adalah hiasan saja," kata sumber tersebut.

Raja Salman mengatakan, pembersihan tersebut sebagai tanggapan atas eksploitasi oleh beberapa jiwa lemah yang menempatkan kepentingan mereka sendiri di atas kepentingan publik, untuk mendapatkan uang secara tidak sah.

Orang dalam mengatakan, tuduhan tersebut didasarkan pada bukti yang dikumpulkan oleh dinas intelijen. Namun, Pendukung Pemerintah Saudi menolak kalau gerakan antikorupsi merupakan kampanye untuk menghilangkan musuh politik.

Di antara mereka yang ditahan di Hotel Ritz Carlton adalah Pangeran Miteb bin Abdullah. Ia merupakan Kepala Garda Nasional yang kuat dan juga sepupu MBS.

Miteb berada di ranch-nya di Riyadh saat dia dipanggil untuk bertemu dengan Putra Mahkota. "Dia pergi ke pertemuan dan tidak pernah kembali," kata orang dalam yang memiliki koneksi dengan beberapa dari mereka yang ditahan. Miteb diketahui sangat marah saat MBS terpilih jadi Putra Mahkota Kerajaan Saudi dan akan menjadi raja.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement