Selasa 19 Dec 2017 15:24 WIB

Pembangunan Permukiman Yahudi Terus Berlanjut

Permukiman Yahudi
Permukiman Yahudi

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Israel pada 2017 melanjutkan pembangunan permukiman Yahudi di wilayah pendudukan Palestina dalam pelanggaran terhadap resolusi Dewan Keamanan PBB yang disahkan hampir setahun lalu, kata Nikolay Mladenov, Koordinator Khusus PBB untuk Proses Perdamaian Timur Tengah.

Makin banyak rumah secara mencolok dirancang dan disetujui pada 2017, kata Mladenov pada Senin (18/12) kepada Dewan Keamanan (DK) PBB.

Di Area C di Tepi Barat Sungai Yordan, jumlah rumah yang diajukan dan disetujui lebih dari dua kali lipat dari 3.000 pada 2016 jadi hampir 7.000 pada 2017. Di Yerusalem Timur, penambahan telah terjadi dalam jumlah yang sama dari 1.600 pada 2016 jadi sebanyak 3.100 pada 2017.

Kegiatan itu melanggar Resolusi 2334 Dewan Keamanan, yang menuntut Israel segera dan sepenuhnya menghentikan semua kegiatan permukiman di wilayah pendudukan Palestina, termasuk di Yerusalem Timur.

Tak ada tindakan semacam itu yang telah dilakukan selama masa pelaporan dari 20 September sampai 18 Desember, kata Mladenov, yang memberi keterangan kepada Dewan Keamanan mengenai pelaksanaan resolusi tersebut.

"Biarlah saya menegaskan kembali PBB menganggap semua kegiatan permukiman tidak sah berdasarkan hukum internasional dan penghalang utama bagi perdamaian," katanya.

Tahun 2017 juga telah menyaksikan gagasan mengkhawatirkan badan legislatif, kehakiman dan administratif yang bertujuan mengubah kebijakan lama Israel mengenai status hukum Tepi Barat Sungai Yordan dan penggunaan lahan pribadi rakyat Palestina.

"Kegiatan yang berkaitan dengan permukiman merusak peluang bagi berdirinya negara Palestina yang layak dan berdampingan sebagai bagian dari penyelesaian dua-negara," kata Mladenov.

Ia mengawasi kekerasan yang berlanjut terhadap warga sipil dan hasutan yang mengekalkan kecurigaan dan kekhawatiran timbal balik. Sejak pengesahan Resousi 2334 pada 23 Desember 2016, telah terjadi pengurangan mencolok jumlah serangan kekerasan. Pada 2017, ada 109 penembakan, penikaman, penabrakan, dan serang pengeboman yang dilancarkan dibandingkan dengan 223 serangan serupa pada 2016.

Mengenai korban jiwa, 72 orang Palestina dan 15 orang Yahudi tewas tahun ini, dibandingkan dengan masing-masing, 109 dan 13 pada 2016.

Namun sejak 6 Desember, setelah keputusan Presiden AS Donald Trump untuk mengakui Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel, situasi telah menjaid lebih tegang dengan meningkatnya peristiwa, terutama penembakan roket dari Jalur Gaza dan bentrokan antara orang Palestina dan pasukan keamanan Israel.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement