Kamis 22 Mar 2018 03:25 WIB

Warga Palestina Diterjang Peluru Karet dan Gas Air Mata

Puluhan anak Palestina mengalami sesak napas akibat terkena gas air mata.

Rep: Umar Mukhtar, Retno Wulandhari/ Red: Reiny Dwinanda
Polisi Israel menembakkan gas air mata ke pemuda Palestina.
Foto: Reuters
Polisi Israel menembakkan gas air mata ke pemuda Palestina.

REPUBLIKA.CO.ID, RAMALLAH -- Pasukan militer Israel menyerang wilayah Tepi Barat, Rabu (21/3) waktu setempat. Israel melancarkan serangan di kota kecil Al-Mughayyir dekat Ramallah. Kantor berita Turki, Anadolu Agency, Rabu (21/3), melaporkan serangan yang dilancarkan militer Israel itu memicu terjadinya bentrokan dengan warga setempat.

Kementerian Kesehatan Palestina, dilaporkan Anadolu, serangan tersebut membuat satu warga Palestina terluka dan beberapa warga lainnya mengalami gangguan pernapasan lantaran kekurangan oksigen setelah terkena gas air mata dari pasukan Israel.

Pasukan Israel menggunakan peluru karet dan tabung gas air mata dalam serangannya. Serangan Israel menyasar sekolah, taman kanak-kanak, masjid lokal, dan rumah warga. Puluhan anak Palestina mengalami sesak napas akibat terkena gas air mata.

Pasukan Israel kerap melakukan penangkapan di wilayah Tepi Barat yang memang telah didudukinya dengan dalih untuk mencari orang Palestina yang masuk ke dalam Daftar Pencarian Orang alias DPO. Pemerintah Palestina mencatat, ada sekitar 6.400 warga Palestina saat ini yang ditahan di penjara Israel, termasuk juga perempuan dan 300 anak di bawah umur.

Para pejabat Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) mengutuk penahanan sewenang-wenang terhadap anak-anak Palestina oleh Israel. Menurut PBB, praktik itu telah menjadi sistematis dan tersebar luas.

Dilansir Aljazirah, Rabu (21/3), Wakil komisaris tinggi PBB untuk hak asasi manusia, Kate Gilmore mengatakan serangkaian laporan PBB yang dipresentasikan di Dewan Hak Asasi Manusia menunjukkan kondisi kehidupan orang-orang Palestina di Tepi Barat.

Selain itu, Gaza telah memburuk secara dramatis selama tahun lalu. Anak-anak menanggung beban pendudukan Israel. "Tahun lalu kita melihat ratusan anak Palestina yang ditahan oleh Israel, beberapa tanpa tuduhan di bawah penahanan administratif," kata Gilmore.

Ia mengatakan dampak konflik terhadap kehidupan anak-anak sama sekali tidak dapat diterima. Pada tahun ini saja, enam anak telah ditembak dan dibunuh dalam konteks demonstrasi. Pada November 2017, 313 anak Palestina di bawah umur dipenjarakan. Sepanjang tahun lalu 729 anak ditahan di Yerusalem Timur.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement