Kamis 17 May 2018 07:45 WIB

Utusan PBB Sebut Tragedi Rakyat Palestina Terjadi di Gaza

Mladenov mengutuk kerusuhan yang menewaskan 60 warga Palestina.

Red: Nur Aini
Polisi Perbatasan Israel bersiaga pada peringatan 70 tahun hari Nakba (hari di mana warga Palestina diusir secara besar-besaran oleh Israel) di Ramallah, Tepi Barat Palestina, Selasa (15/5)
Foto: Mohamad Torokman/Reuters
Polisi Perbatasan Israel bersiaga pada peringatan 70 tahun hari Nakba (hari di mana warga Palestina diusir secara besar-besaran oleh Israel) di Ramallah, Tepi Barat Palestina, Selasa (15/5)

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Koordinator Khusus PBB untuk Proses Perdamaian Timur Tengah Nickolay Mladenov mengutuk kerusuhan terbaru di Jalur Gaza.

Dalam penjelasan kepada Dewan Keamanan, Mladenov mengatakan, Senin (14/5) adalah "hari tragedi" untuk rakyat Palestina di Jalur Gaza. Ia merujuk kepada bentrokan bergelimang darah di dekat pagar perbatasan dengan Israel.

"Tak ada kata lain yang bisa menggambarkan apa yang sesungguhnya terjadi. Tak ada pembenaran untuk pembunuhan. Tak ada alasan. Itu tidak menguntungkan siapa pun. Itu tentu saja tidak menguntungkan untuk perdamaian," kata Mladenov melalui telekonferensi dari Yerusalem.

"Saya menyeru semua agar bergabung dengan saya dalam mengutuk dengan sekeras-kerasnya tindakan yang telah mengakibatkan hilangnya banyak nyawa di Jalur Gaza," katanya.

Tak kurang dari 60 orang Palestina, termasuk anak kecil, dilaporkan tewas dan lebih dari 1.300 orang dilaporkan cedera akibat amunisi aktif dan peluru karet. Sementara itu, seorang tentara Israel cedera.

Banyaknya korban jiwa membuat Senin menjadi hari paling berdarah di Jalur Gaza sejak konflik 2014. "Israel memiliki tanggung jawab untuk menyesuaikan penggunaan kekuatannya, untuk tidak menggunakan kekuatan mematikan, kecuali sebagai pilihan terakhir berdasarkan ancaman cedera serius atau kematian, yang tak terelakkan."

Pada saat yang sama, ia mengatakan bahwa Hamas yang telah menguasai Jalur Gaza selama lebih dari satu dasawarsa tak boleh menggunakan protes sebagai kedok untuk berusaha memasang bom di pagar perbatasan dan menciptakan provokasi. "Anggota Gerakan Perlawanan Islam (Hamas) tak boleh bersembunyi di antara demonstran dan membahayakan nyawa warga sipil," kata Mladenov.

Pada Senin, sebanyak 35 ribu orang ikut dalam demonstrasi di Jalur Gaza dan ratusan orang di berbagai kota besar di Tepi Barat Sungai Jordan, yakni Ramallah, Bethlehem, al-Khalil (Hebron), Jericho (Ariha), Nablus, dan Yerusalem Timur. Demonstrasi itu sebagai bagian dari Pawai Akbar Kepulangan serta dalam protes terhadap pemindahan Kedutaan Besar AS dari Tel Aviv ke Yerusalem.

Meskipun tak ada laporan mengenai korban jiwa di Tepi Barat, tempat bentrokan terbatas terjadi antara pengunjuk rasa dan pasukan keamanan Israel di beberapa tempat pemeriksaan, situasi di Jalur Gaza memburuk sepanjang Senin, terutama di sekitar pagar perimeter.

"Lingkaran kerusuhan di Jalur Gaza mesti diakhiri," kata Mladenov. "Jika tidak, itu akan meledak dan menyeret setiap orang di wilayah tersebut ke dalam bentrokan mematikan lain", katanya.

Sejak awal protes pada 30 Maret, lebih dari 100 orang Palestina telah kehilangan nyawa, termasuk 13 anak kecil. Pada Senin, hampir 2.000 orang berpawai di Istanbul, Turki, sehubungan dengan tewasnya puluhan orang Palestina oleh tentara Israel selama demonstrasi massa yang diselenggarakan di Tepi Barat guna menentang pemindahan Kedutaan Besar AS ke Yerusalem.

Di media sosial, banyak warga Turki juga menyuarakan kemarahan mereka atas pembunuhan orang Palestina. Mereka mendesak dunia Islam agar bersatu bagi penyelesaian.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement