Senin 21 May 2018 03:33 WIB

Presiden Palestina Mahmoud Abbas Masuk Rumah Sakit

Ini adalah ketiga kalinya Abbas masuk rumah sakit dalam sepekan.

Rep: Christiyaningsih/ Red: Andri Saubani
Presiden Palestina Mahmoud Abbas berbicara dalam pertemuan Dewan Pusat Organisasi Pembebasan Palestina di Ramallah, Ahad (14/1).
Foto: AP Photo/Majdi Mohammed
Presiden Palestina Mahmoud Abbas berbicara dalam pertemuan Dewan Pusat Organisasi Pembebasan Palestina di Ramallah, Ahad (14/1).

REPUBLIKA.CO.ID, RAMALLAH -- Presiden Palestina Mahmoud Abbas dilarikan ke rumah sakit di Tepi Barat. Kabar ini disampaikan oleh ofisial Palestina pada Ahad (20/5) waktu setempat. Ini adalah ketiga kalinya Abbas masuk rumah sakit dalam sepekan.

Dilansir dari Reuters, presiden berusia 82 tahun tersebut baru saja melewati operasi telinga pada Selasa pekan lalu. Ia kemudian kembali masuk rumah sakit pada Sabtu tengah malam. Demikian laporan yang dirilis oleh kantor berita Palestina, Wafa.

Seorang ofisial Palestina mengatakan Abbas dibawa lagi ke rumah sakit pada Ahad karena komplikasi akibat operasi telinga. Dia mengatakan, suhu tubuh Abbas sangat tinggi. Sehingga, dokter menyarankan agar Abbas dibawa kembali ke rumah sakit.

Akan tetapi keterangan berbeda dilontarkan oleh pegawai rumah sakit al-Istishari di Ramallah. Pegawai yang tidak ingin disebutkan namanya tersebut mengatakan masuknya Presiden Abbas ke rumah sakit tidak ada hubungannya dengan operasi telinga.

"Presiden akan tinggal di rumah sakit sampai besok. Dia diberi antibiotik untuk mengatasi inflamasi di dadanya," ungkap sang pegawai. Dia tak ingin namanya diungkap karena bukanlah orang yang berwenang memberikan keterangan kepada media.

Organisasi Pembebasan Rakyat Palestina (PLO) yang dipimpin Abbas menuliskan di akun Twitter-nya bahwa, kepala negosiator Palestina Saeb Erekat telah menjenguk sang presiden. "Kondisi kesehatab presiden baik," demikian diungkapkan Erekat.

Masuknya Presiden Abbas bertepatan dengan naiknya tensi antara Palestina dan Israel. Ketegangan meningkat setelah setelah pasukan Israel menembak mati puluhan pemrotes Palestina di perbatasan Gaza. Para pengunjuk rasa menentang dibukanya kedutaan Amerika Serikat di Yerusalem pada 14 Mei silam.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement