Rabu 13 Jun 2018 16:34 WIB

Kata Komunitas Palestina di Indonesia Soal Staquf ke Israel

Dukungan untuk Palestina seharusnya tidak dilakukan melalui Israel.

Rep: Umi Nur Fadhilah / Red: Ratna Puspita
Dalam foto dokumentasi tanggal 14 Mei 2018 ini, petugas medis Palestina dan pengunjuk rasa mengevakuasi seorang pemuda yang terluka selama berlangsungnya protes di perbatasan Jalur Gaza dengan Israel, di sebelah timur Khan Younis, Jalur Gaza. Negara-negara Arab dengan tegas mengutuk pembunuhan lebih dari 50 warga Palestina pada Senin, 14 Mei 2018 dalam protes Gaza.
Foto: AP Photo/Adel Hana, File
Dalam foto dokumentasi tanggal 14 Mei 2018 ini, petugas medis Palestina dan pengunjuk rasa mengevakuasi seorang pemuda yang terluka selama berlangsungnya protes di perbatasan Jalur Gaza dengan Israel, di sebelah timur Khan Younis, Jalur Gaza. Negara-negara Arab dengan tegas mengutuk pembunuhan lebih dari 50 warga Palestina pada Senin, 14 Mei 2018 dalam protes Gaza.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komunitas Palestina di Indonesia mengutuk dan menyesalkan kunjungan Yahya Cholil Staquf ke Israel. Kunjungan itu untuk memenuhi undangan dari The Israel Council on Foreign Relations (ICFR).

“Komunitas Palestina di Indonesia melihatnya sebagai kekecewaan besar bagi rakyat Palestina,” kata Ketua Komunitas Palestina di Indonesia Murad Halayqa dalam keterangan tertulis pada wartawan, Rabu (13/6).

Ia mengatakan, Staquf memang menyatakan kepergiannya sebagai urusan pribadi di hadapan American Jewish Committee (AJC) di Yerusalem. Namun, ia menuturkan, Staquf merupakan tokoh agama dan pejabat di Indonesia. 

Murad mengatakan langkah itu diambil pada waktu yang tidak sesuai. Sebab, saat itu Israel masih melanjutkan kebijakan rasis dan agresif terhadap rakyat Palestina.

Apalagi, dia mengatakan, kunjungan dilakukan di Yerusalem. “Kami melihat waktu kunjungan ini dan di tempatnya (Yerusalem) merupakan dukungan kepada posisi Israel dan AS (Amerika Serikat) yang mengakui Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel,” ujar Murad.

Ia melanjutkan, langkah itu bertentangan dengan resolusi Majelis Umum PBB pada 21 Desember 2017. Resolusi mayoritas 128 negara, termasuk Indonesia, menolak pengakuan AS atas Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel. 

Kepemimpinan Palestina mengumumkan langkah itu telah mengakhiri proses perdamaian. Sebab, tidak adanya sponsor dan mediator yang netral di mana AS berpihak dengan Israel.

Ia mengatakan Komunitas palestina di Indonesia melihat Pertemuan Staquf dengan Wakil Duta Besar AS untuk Israel David Friedman, sebagai dukungan terhadap posisi Israel. Bahkan, ia juga menilai, langkah itu sebagai konspirasi yang menargetkan rakyat dan kepemimpinan Palestina.

Ia juga menilai langkah itu merupakan kelalaian terhadap hak rakyat Palestina. Bahkan, mendukung posisi kebijakan penjajah yang menargetkan tempat-tempat suci umat Islam dan Kristen di Yerusalem.

Menurut dia, penyataan Staquf bahwa kunjungannya untuk mendukung rakyat Palestina juga menunjukkan penyesatan dan manipulasi kata-kata. Sebab, ia menegaskan, dukungan untuk rakyat Palestina seharusnya melalui pintu gerbang kepemimpinan Palestina di Ramallah.

Ia mengatakan dukungan untuk Palestina tidak seharusnya dilakukan melalui Israel. Ia mengatakan Israel telah melakukan penyiksaan dan kekejaman kepada rakyat Palestina serta menduduki tanahnya.

Baca Juga: Yahya Staquf: Kontroversi ke Israel Bawa Pesan Toleransi

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement