Selasa 10 Jul 2018 18:06 WIB

Netanyahu Kembali Diinterogasi karena Diduga Korupsi

Netanyahu diduga terlibat dalam tiga kasus korupsi.

Rep: Marniati/ Red: Nur Aini
Perdana Menteri Israel, Benyamin Netanyahu.
Foto: EPA/Jim Hollander
Perdana Menteri Israel, Benyamin Netanyahu.

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Polisi Israel kembali menginterogasi Perdana Menteri Benjamin Netanyahu. Hal itu sebagai bagian dari penyelidikan kepolisian terhadap serangkaian tuduhan korupsi kepada Netanyahu.

Polisi terlihat tiba di kediaman Netanyahu pada Selasa (10/7). Netanyahu akan ditanyai tentang kasus korupsi yang melibatkan perusahaan telekomunikasi negara itu.

Dua orang kepercayaan Netanyahu telah ditangkap karena dicurigai mempromosikan peraturan senilai ratusan juta dolar AS kepada perusahaan telekomunikasi Bezeq. Sebagai imbalannya, situs berita  Bezeq, Walla, diduga memberikan pemberitaan positif kepada Netanyahu.

Polisi menolak berkomentar terkait interogasi kali ini. Sebelumnya pada Juni, polisi juga terlihat mendatangi kediaman Netanyahu untuk melakukan interogasi.

Polisi telah merekomendasikan untuk mendakwa Netanyahu atas tuduhan korupsi dalam dua kasus lainnya. Netanyahu telah berulang kali membantah melakukan kesalahan. Bezeq juga membantah tuduhan itu.

Netanyahu diduga terlibat dalam tiga kasus korupsi. Kasus 1000 menyebut Netanyahu dan istrinya menerima hadiah ilegal dari pengusaha. Kasus 2000 menuduh Netanyahu mencoba membayar media demi pemberitaan positif dirinya. Terakhir kasus 3000 yang juga dikenal sebagai "skandal kapal selam".

Terlepas dari itu, popularitas pemimpin sayap kanan tersebut telah meningkat dalam beberapa pekan terakhir. Pengamat mengatakan peningkatan popularitas itu terkait kebijakan keamanannya yang keras, penarikan AS dari kesepakatan nuklir Iran, dan pembukaan Kedutaan Besar AS di Yerusalem.

Survei memperkirakan Partai Likud Netanyahu, akan menambah hingga empat kursi di 120 kursi parlemen jika pemilihan diadakan sekarang. Saat ini koalisi Likud memiliki  30 kursi. Israel akan mengadakan pemungutan suara nasional berikutnya selambat-lambatnya November 2019.

Baca: Cina Beri Bantuan Palestina Belasan Juta Dolar AS

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement