Kamis 01 Nov 2018 18:46 WIB

Sindrom Mematikan Intai Bayi-Bayi Gaza

Penyebab utama krisis kesehatan ini yakni kepungan ekonomi oleh Israel

Warga di Kamp Pengungsi Jabaliya mengendarai kereta keledai di utara Jalur Gaza, Kamis (16/2).
Foto:

Akuifer Gaza yang menyembur melalui keran mereka terlalu asin, hampir tidak ada orang di Gaza yang meminumnya lagi. Sebagian besar keluarga, bahkan di pengungsian, membelanjakan hingga setengah dari pendapatan mereka yang kecil untuk mendapatkan air yang tidak asin dari sumur-sumur Gaza. Namun, bahkan pengorbanan itu pun harus dibayar.

Otoritas Air Palestina menunjukkan hingga 70 persen air yang diangkut truktruk swasta pun rentan terhadap kontaminasi kotoran. Dari situ, jumlah bakteri E coli yang jumlahnya mikroskopis sekali pun dapat berkembang yang menyebabkan krisis kesehatan.

Pakar air dan sanitasi Unicef untuk Gaza, Gregor von Medeazza, menjelaskan, semakin lama E coli tetap berada di air, semakin banyak mereka tumbuh di dalam air memperburuk kualitas air. Hal itu menyebabkan air yang diminum membuat pengonsumsi diare kronis, yang pada gilirannya dapat menyebabkan pertumbuhan yang terhenti pada anakanak Gaza, seperti yang didokumentasikan jurnal medis Inggris baru-baru ini.

Tingkat salinitas dan nitrat yang tinggi dari akuifer yang runtuh di Gaza sangat terpuruk sehingga air laut mengalir masuk. Peningkatan kadar nitrat menyebabkan hipertensi dan gagal ginjal, dan terkait dengan peningkatan sindrom bayi yang membiru. Ditambah dengan listrik yang dimatikan selama 20 jam setiap harinya, pabrik limbah Gaza menjadi tidak berguna.

"Kekurangan air dan listrik yang parah, bersama dengan meningkatnya kemiskinan, telah merusak tingkat gizi, itu memengaruhi bayi," ujar Samia. Samia mengakui, sebelum seranganserangan Israel yang menghancurkan alat vital negara, dia tidak pernah mengurus pasien yang menderita kekurangan gizi. Namun, sekarang dia kerap melihat anakanak dengan penyakit gizi. "Dua tahun ini semakin meningkat, kami melihat bayi dengan penyakit gizi yang parah," ujarnya.

Kelompok-kelompok advokasi kemanusiaan memperingatkan bahwa tanpa intervensi dari komunitas internasional, Gaza tidak akan layak huni pada 2020. Itu berarti hanya satu tahun dari sekarang. n fergi nadira ed: yeyen rostiyani

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement