Jumat 23 Nov 2018 23:38 WIB

Mantan Menhan Israel Terus 'Serang' Pemerintahan Netanyahu

Netanyahu dianggap abaikan sel teror di Jalur Gaza.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nashih Nashrullah
Mantan Menhan Israel Avigdor Lieberman.
Foto: Reuters
Mantan Menhan Israel Avigdor Lieberman.

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV – Mantan menteri pertahanan Israel Avigdor Lieberman mengkritik Pemerintah Israel di bawah kepemimpinan Benyamin Netanyahu karena dianggap melunak terhadap kelompok-kelompok perlawanan di Jalur Gaza. Lieberman mengundurkan diri dari jabatannya pekan lalu setelah Israel menyepakati gencatan senjata dengan Hamas.

"Kemarin kami semua melihat (situasi) yang tidak masuk akal, yang akhirnya kami berakhir di sana,” kata Lieberman, dikutip dari The Times of Israel, Jumat (23/11).

 

Ia mengatakan, Dinas Keamanan Israel Shin Bet mengungkap sel teror yang dikendalikan dari Gaza, tapi kemarin dan hari ini bantuan bahan bakar dari Qatar masih dipindahkan ke Jalur Gaza, sementara mereka melakukan serangan di Yudea, Samaria, dan Israel.

Ia berpendapat Israel tidak harus menyerah pada teror. "Sangat penting bahwa kami mengubah kebijakan pemerintah yang telah kami lihat dalam sepekan terakhir. Ini bukan pemerintahan yang berfungsi, tapi masih hidup," ujar Lieberman.

Pada Kamis (22/11), Dinas Kemanan Israel mengumumkan bahwa mereka menemukan jaringan Hamas di Tepi Barat. Jaringan itu bekerja atas perintah para pemimpin Hamas di Gaza. Dinas keamanan Israel mengklaim jaringan tersebut berencana melancarkan serangan bom berskala besar di Tepi Barat dan Israel.

Menurut dinas keamanan, anggota dari jaringan Hamas itu bersiap memproduksi bahan peledak dan diperintahkan memilih tempat ramai sebagai target serangan. Serangan tersebut merupakan prioritas Hamas guna mengacaukan stabilitas di daerah terkait.

Lieberman mengundurkan diri dari jabatannya sebagai menteri pertahanan Israel pada Rabu (14/11). Keputusan itu diambil karena Lieberman kecewa atas tercapainya gencatan senjata antara negaranya dan kelompok Hamas yang mengontrol Gaza.

"Saya tidak mencari alasan untuk berhenti. Saya mencoba untuk tetap menjadi anggota pemerintah yang setia, di kabinet, menjaga perbedaan internal bahkan dengan biaya pemilu," kata Lieberman, dikutip dari Haaretz.

Ia tak menyangkal tentang kekecewaannya perihal kesepakatan gencatan senjata yang dicapai dengan Hamas. "Apa yang kita lakukan sekarang sebagai sebuah negara adalah membeli keheningan jangka pendek dengan mengorbankan keamanan jangka panjang kami," ujarnya.

Selain perihal eskalasi Gaza, masuknya bantuan dana Qatar ke Gaza juga menjadi alasan mundurnya Lieberman. "Bukan rahasia bahwa ada perbedaan antara perdana menteri dan saya. Saya tidak setuju untuk mengizinkan masuknya uang Qatar (ke Gaza) dan saya harus mengizinkannya hanya setelah perdana menteri mengumumkannya," kata Lieberman.

Hamas menyambut pengunduran diri Lieberman. Menurut Hamas, mundurnya Lieberman merupakan pengakuan kekalahan Israel dalam konfrontasi militer pekan lalu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement