Senin 14 Jan 2019 12:09 WIB

WFP Kurangi Bantuan untuk Puluhan Ribu Warga Gaza

Pemotongan diputuskan setelah terjadi pengurangan donasi secara bertahap.

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Teguh Firmansyah
Suasana di pengungsian korban konflik di Gaza, Palestina
Foto: Abdillah Onim
Suasana di pengungsian korban konflik di Gaza, Palestina

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Program Pangan Dunia (WFP) menangguhkan dan mengurangi bantuan untuk puluhan ribu warga Palestina di wilayah pendudukan di Tepi Barat dan Jalur Gaza. Penangguhan itu disebabkan oleh adanya kekurangan dana.

Direktur WFP untuk wilayah Palestina, Stephen Kearney, mengatakan sekitar 27 ribu warga Palestina di Tepi Barat tidak lagi menerima bantuan melalui program PBB itu sejak 1 Januari lalu. Sebanyak 165 ribu lainnya, termasuk 110 ribu warga di Gaza, hanya menerima 80 persen bantuan dari jumlah biasanya.

Pemotongan diputuskan setelah terjadi pengurangan donasi secara bertahap selama hampir empat tahun terakhir. Pemotongan dana bantuan AS memiliki efek terbesar.

Menurut Kearney, WFP telah meluncurkan banding pendanaan pada 19 Desember dan menerima kontribusi tambahan dari Uni Eropa dan Swiss, tetapi jumlahnya tetap sedikit. Pada saat itu, WFP membutuhkan dana sebesar 57 juta dolar AS.

Sekarang badan itu akan mencari kontribusi dari donor baru dalam upaya untuk mengisi kesenjangan. Kearney mengatakan ada juga kekhawatiran bahwa pemotongan akan mempengaruhi ekonomi lokal karena penduduk Palestina banyak yang menggunakan kartu WFP untuk membeli barang di toko-toko lokal.

Baca juga, Liga Arab Kecam Keputusan AS Setop Bantuan UNRWA.

Pada 2018, WFP membantu 250 ribu orang di Gaza dan 110 ribu orang di Tepi Barat. Di Desa Yatta dekat Hebron di Tepi Barat selatan, seorang warga bernama Maha Al-Nawajah mengatakan dia hanya bisa membeli sedikit kebutuhannya.

"Pada Desember, mereka tidak memperpanjang kartu saya," kata ibu berusia 52 tahun itu, merujuk pada kartu WFP yang memungkinkannya membeli bahan makanan untuk 12 anggota keluarga besarnya.

Dia mengatakan, seluruh anggota keluarga menganggur. "Putra-putra saya tidak memiliki izin untuk masuk ke Israel dan suami saya hanya menerima bantuan sesekali, dan dapat memperoleh sejumlah uang selama masa-masa itu," ungkap Nawajah, dikutip Aljazirah.

Tepi Barat memiliki tingkat pengangguran 18 persen dan beberapa warga Palestina berupaya untuk bekerja di Israel dengan harapan mendapatkan gaji yang lebih tinggi.

Namun untuk dapat bekerja, mereka harus mendapatkan izin dan Israel cukup selektif dalam memberikannya.

Di Jalur Gaza, sekitar 80 persen dari dua juta penduduknya mengandalkan bantuan internasional. Presiden AS Donald Trump telah memotong bantuan untuk Palestina sekitar 500 juta dolar AS.

Jalur itu telah berada di bawah blokade Israel-Mesir selama lebih dari satu dekade. Israel telah meluncurkan tiga serangan militer di wilayah tersebut sejak 2008.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement