Sabtu 02 Mar 2019 23:34 WIB

Netanyahu Tegaskan Siap Terpilih Kembali Menjadi PM Israel

Benjamin Netanyahu tengah tersandung skandal korupsi.

Rep: Rossi Handayani / Red: Andri Saubani
Perdana Menteri Israel, Benyamin Netanyahu.
Foto: Ronen Zvulun/Pool Photo via AP
Perdana Menteri Israel, Benyamin Netanyahu.

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu menghadapi masalah terkait kasus korupsi, sebelum pemilihan berlangsung pada April 2019. Namun, skandal ini tidak menghentikan Netanyahu untuk maju kembali.

Sebelumnya, pengumuman besar telah disampaikan oleh Jaksa Agung Israel, Avichai Mandelblit. Netanyahu akan menghadapi dakwaan atas tuduhan korupsi dalam beberapa bulan mendatang.

Penantang utamanya disebut memimpin Netanyahu dalam jajak pendapat. Namun kemungkinan Netanyahu terpilih masih ada, ini berkat para pendukung setia, dan publik yang cenderung setuju dengan pandangan dunianya.

Meski demikian, kemenangan Netanyahu masih jauh dari pasti. Lalu kemampuannya untuk memerintah secara efektif jika ia menang disebut akan terbatas.

Adapun Jaksa Agung, Avichai Mandelblit mengumumkan pada Kamis (28/2), untuk menuntut Netanyahu atas tuduhan korupsi dalam serangkaian skandal. Ini diungkap setelah melakukan penyelidikan yang dimulai lebih dari dua tahun lalu.

Tuduhan yang paling serius yakni penyuapan, karena ia diduga mempromosikan perubahan regulasi yang membantu Shaul Elovitch, kepala raksasa telekomunikasi Bezeq, menuai keuntungan yang besar. Sebagai gantinya, Elovitch diduga memiliki situs berita populer Bezeq, Walla, dengan menerbitkan item-item yang menguntungkan tentang Netanyahu, dan keluarganya.

Kemungkinan tuduhan yang paling memalukan adalah pelanggaran kepercayaan. Ia diduga menerima sampanye dan cerutu seharga 300 ribu dolar Amerika Serikat, sebagai hadiah dari teman-teman miliarder. Pengungkapan tersebut memperkuat citra Netanyahu, sebagai orang yang hedonis dengan selera mahal.

Netanyahu tidak berkewajiban untuk mengundurkan diri pada tahap ini. Dakwaan yang direncanakan masih dalam pemeriksaan, di mana Netanyahu dapat memohon kasusnya sebelum tuntutan resmi diajukan. Proses ini diperkirakan akan memakan waktu hingga satu tahun untuk menyelesaikannya. Artinya, Netanyahu dapat terus memimpin Partai Likud ke pemilihan, bahkan dengan skandal di hadapannya.

Seperti sahabat baiknya, Donald Trump, Netanyahu menikmati dukungan setia dari basis loyal yang tetap kuat di belakangnya selama beberapa tahun terakhir. Selain itu, anggota parlemen di Partai Likud Netanyahu telah berbaris di belakangnya, dan pengumuman dari Mandelblit tidak akan mengubah dukungan mereka.

Menanggapi rekomendasi jaksa agung, Netanyahu terdengar seperti Trump. Ia menuduh jaksa, polisi, media dan lawan-lawannya yang berseberangan telah bersekongkol untuk mengusirnya.

Di bawah sistem politik Israel, politikus yang memiliki peluang terbaik untuk membangun koalisi mayoritas dipilih untuk menjadi perdana menteri. Bahkan dengan semua kesulitannya, Netanyahu dan sekutu-sekutu politiknya, campuran partai-partai keagamaan dan nasionalis, tampaknya berada pada posisi terbaik untuk membentuk koalisi parlemen berikutnya.

Apabila Netanyahu menang dalam pemilihan nanti, ia akan menghadapi pertanyaan terus-menerus tentang kemampuannya untuk memerintah. Sementara masalah hukumnya akan memberikan gangguan besar, dan potensi konflik kepentingan. Pekerjaan Netanyahu mencakup konsultasi profesional, dengan badan yang sama yang menuntutnya.

Setiap keputusan besar, termasuk undang-undang domestik, aksi militer atau kegiatan diplomatik, akan meningkatkan pertanyaan tentang motif dari Netanyahu. Ini akan menjadi perhatian penting, jika tim Mideast Trump menindaklanjuti janjinya untuk merilis rencana perdamaian setelah pemilihan. Kemampuan Netanyahu untuk bermanuver kemungkinan akan terhambat.

"Keputusan Mandelblit belum merupakan dakwaan terakhir. Tetapi itu adalah batu kilangan baru yang tergantung di leher Netanyahu, beban yang belum pernah dialami perdana menteri Israel sebelumnya," tulis seorang kolumnis untuk harian Haaretz dan penulis biografi tentang Netanyahu, Anshel Pfeffer.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement