Ahad 02 Jun 2019 14:52 WIB

Warga Palestina dan Polisi Bentrok di Kompleks Al-Aqsha

Bentrokan antara warga Palestina dan polisi terjadi saat perayaan Hari Yerusalem

Rep: Rossi Handayani/ Red: Nidia Zuraya
Polisi Israel mengambil posisi di atap al-Aqsa selama bentrokan dengan warga Palestina di Kota Tua Yerusalem.
Foto: REUTERS / Amir Cohen
Polisi Israel mengambil posisi di atap al-Aqsa selama bentrokan dengan warga Palestina di Kota Tua Yerusalem.

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Bentrokan terjadi antara warga Palestina dan polisi pada Ahad (2/7) pagi di kompleks masjid Al-Aqsha di Kota Tua Yerusalem. Ini terjadi saat ratusan orang Yahudi diizinkan masuk ke tempat tersebut untuk merayakan Hari Yerusalem, peringatan ke-52 penyatuan ibukota.

"Kerusuhan dimulai yang meliputi pelemparan batu, kursi dan berbagai benda," sebut polisi dalam sebuah pernyataan dilansir dari Times of Israel, Ahad (2/6).

Baca Juga

"Selanjutnya, Komandan Distrik Yerusalem Mayor Jenderal Doron Yadid memerintahkan pasukan polisi untuk memasuki kompleks dan menanganinya," tambahnya.

Ini adalah pertama kalinya dalam tiga dekade bahwa non-Muslim diizinkan masuk ke situs tersebut selama hari-hari terakhir bulan Ramadhan, yang bertepatan tahun ini dengan Hari Yerusalem.

Polisi sebelumnya mengumumkan bahwa kompleks yang diperebutkan akan ditutup untuk orang-orang Yahudi dan wisatawan. Sementara Pengadilan Tinggi menolak sebuah petisi yang menentang penutupan dan menyerahkan keputusan terakhir kepada polisi.

Laporan Palestina mengatakan setidaknya satu orang ditahan dan dikeluarkan dari tempat tersebut. Ratusan aktivis Yahudi muncul pada Ahad pagi di pintu masuk, menuntut akses ke tempat tersebut.

Bagi umat Muslim, Masjid Al-Aqsha merupakan tempat suci ketiga, setelah Masjidil Haram di Mekkah dan Masjid Nawabi di Madinah. Sementara itu orang Yahudi merujuk daerah itu dengan nama Temple Mount (Bukit Knisah), dan mengklaimnya sebagai tempat dua kuil Yahudi pada zaman dulu.

Setelah penilaian keamanan, polisi memutuskan untuk membiarkan mereka masuk setelah menekan warga Palestina. Tempat tersebut selalu tertutup untuk non-Muslim pada sepuluh hari terakhir Ramadhan, saat sejumlah besar jamaah berada di kompleks masjid Al-Aqsha.

Terakhir kali tempat tersebut ditutup untuk orang Yahudi pada Hari Yerusalem adalah pada 1988, saat itu juga bertepatan dengan akhir Ramadhan. Di bawah pengaturan yang ada sejak kemenangan Israel dalam perang 1967, non-Muslim diizinkan untuk mengunjungi kompleks tetapi tidak berdoa di sana.

Orang-orang Yahudi diizinkan masuk dalam kelompok-kelompok kecil selama jam-jam terbatas. Akan tetapi dibawa melalui rute yang telah ditentukan, diawasi dengan ketat dan dilarang berdoa atau memajang simbol agama atau nasional apa pun.

Tahun lalu, di bawah pengawasan ketat polisi lebih dari 2.000 orang Yahudi mengunjungi situs itu pada Hari Yerusalem.

Sementara itu, ribuan orang Yahudi berduyun-duyun pergi ke Tembok ratapan di dekatnya, tempat tersuci tempat orang Yahudi diizinkan untuk berdoa. Polisi dikerahkan dalam siaga tinggi di Yerusalem, Ahad, dengan inspeksi keamanan yang lebih ketat dilakukan di pos-pos pemeriksaan, yang menghubungkan kota itu dengan Tepi Barat.

Acara lainnya yang akan diselenggarakan yakni parade dengan melewati jalanan Kota Lama di sore hari. Ini sering ditandai oleh ketegangan dengan warga Palestina setempat. Banyak jalan di pusat kota akan ditutup antara 15.00 dan 19.00 waktu setempat untuk mengakomodasi parade, dan perayaan lainnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement