Sabtu 02 Jan 2016 05:30 WIB

Sejarah Hari Ini: Hubungan AS-Uni Soviet Berakhir

Rep: Melisa Riska Putri/ Red: Ani Nursalikah
Jimmy Carter
Foto: Reuters
Jimmy Carter

REPUBLIKA.CO.ID, Pada hari ini 1980 silam, dalam reaksi yang kuat terhadap invasi Soviet ke Afghanistan Desember 1979, Presiden AS Jimmy Carter meminta Senat menunda tindakan pada perjanjian SALT II senjata nuklir dan memperingatkan duta besar AS untuk Moskow.

Tindakan ini mengirimkan pesan berakhirnya hubungan diplomatik dan ekonomi antara AS dan Uni Soviet selama pemerintahan Presiden Richard Nixon (1969-1974). Carter takut invasi Soviet ke Afghanistan akan mengancam stabilitas negara tetangga strategis seperti Iran dan Pakistan yang nantinya meyebabkan Uni Soviet mendapatkan kuasa atas sebagian besar pasokan minyak dunia.

Tindakan Soviet mendapat label 'ancaman serius bagi perdamaian' oleh Gedung Putih. Carter memanggil Duta Besar AS untuk Moskow, Thomas J Watson ke Washington untuk konsultasi. Hal itu dilakukan agar Kremlin tahu intervensi militer di Afghanistan tidak dapat diterima.

Ketika Soviet menolak menarik diri dari Afghanistan, Amerika menghentikan ekspor tertentu untuk Uni Soviet, termasuk biji-bijian dan teknologi tinggi. AS juga memboikot Olimpiade musim panas 1980 yang diselenggarakan di Moskow.

Pada 1980, Carter kehilangan kursi kepemimpinannya dari Ronald Reagan yang disukai karena kebijakan luar negeri antikomunisnya lebih agresif. Reagen dijuluki 'Kekaisaran Jahat Uni Soviet' dan percaya itu merupakan tanggung jawab Amerika untuk menyelamatkan dunia dari penindasan Soviet.

Ia secara dramatis meningkatkan anggaran pertahanan AS dan menggenjot perlombaan senjata nuklir dengan Uni Soviet yang ekonominya goyah.

Selama kepresidenan Ronald Reagan pada 1980-an, CIA diam-diam mengirim miliaran dolar ke Afghanistan untuk mempersenjatai dan melatih pasukan pemberontak Mujahidin yang melawan Soviet, Taktik ini berhasil membantu mengusir Soviet tapi juga memunculkan rezim Taliban dan Alqaidah.

Selanjutnya: Jepang Kuasai Pelabuhan Rusia

sumber : history.com
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement