Kamis 19 Apr 2018 09:02 WIB

Bom Truk Meledak di Oklahoma, 168 Orang Tewas

Korban termasuk 19 anak-anak yang berada di pusat penitipan anak.

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Nidia Zuraya
Petugas sedang mengevakuasi korban ledakan bom truk di luar Gedung Federal Alfred P Murrah di Oklahoma City, Negara Bagian Oklahoma, Amerika Serikat (AS). Peristiwa ledakan bom truk ini terjadi pada 19 April 1995 silam.
Foto: wikimedia.org
Petugas sedang mengevakuasi korban ledakan bom truk di luar Gedung Federal Alfred P Murrah di Oklahoma City, Negara Bagian Oklahoma, Amerika Serikat (AS). Peristiwa ledakan bom truk ini terjadi pada 19 April 1995 silam.

REPUBLIKA.CO.ID,Tepat setelah pukul 09.00 pagi, pada 19 April 1995, sebuah bom truk besar meledak di luar Gedung Federal Alfred P Murrah di Oklahoma City, negara bagian Oklahoma, Amerika Serikat (AS). Ledakan tersebut menghancurkan bagian utara gedung sembilan lantai itu dan menjebak banyak orang di reruntuhan.

Dilansir dari History, ketika upaya penyelamatan berakhir dua pekan kemudian, jumlah korban tewas tercatat mencapai 168 orang. Korban termasuk 19 anak-anak yang berada di pusat penitipan anak di gedung itu pada saat ledakan terjadi.

Pada 21 April, pengejaran besar-besaran dilakukan untuk mencari tersangka yang ada di balik serangan teror terburuk yang pernah terjadi di tanah AS itu. Polisi kemudian menangkap Timothy McVeigh, seorang mantan tentara AS berusia 27 tahun yang cocok dengan deskripsi saksi mata.

Pada hari yang sama, Terry Nichols, seorang rekan McVeigh, menyerahkan diri di Herington, Kansas, setelah mengetahui bahwa polisi mencarinya. Kedua pria itu diketahui telah menjadi anggota kelompok survivalis sayap kanan radikal yang berbasis di Michigan.

Pada 8 Agustus, John Fortier, pria yang mengetahui rencana McVeigh untuk mengebom gedung federal, setuju untuk menjadi saksi yang memberatkan McVeigh dan Nichols, dengan imbalan hukumannya dikurangi. Dua hari kemudian, jaksa menuntut McVeigh dan Nichols atas tuduhan pembunuhan dan konspirasi.

Pada awal 1991, McVeigh pernah bertugas dalam Perang Teluk Persia dan mendapatkan beberapa medali dalam misi tempur singkat. Terlepas dari penghargaan ini, ia dikeluarkan dari Angkatan Darat AS pada akhir tahun itu, setelah runtuhnya Uni Soviet.

Hasil dari akhir Perang Dingin adalah McVeigh mengubah ideologinya dari kebencian terhadap pemerintah komunis asing menjadi kecurigaan terhadap pemerintah federal AS. Terlebih pemimpin baru AS, Presiden Bill Clinton dari Partai Demokrat, telah berhasil mengampanyekan kontrol senjata.

Pada 2 Juni 1997, McVeigh dinyatakan bersalah atas 15 tuduhan pembunuhan dan konspirasi. Pada 14 Agustus, di bawah rekomendasi bulat dewan juri, ia dijatuhi hukuman mati dengan suntikan.

Sementara itu, Michael Fortier dijatuhi hukuman 12 tahun penjara dan denda 200 ribu dolar AS karena gagal memperingatkan pihak berwenang tentang rencana pengeboman McVeigh. Terry Nichols dinyatakan bersalah atas satu tuduhan konspirasi dan delapan dakwaan pembunuhan tidak disengaja. Ia dijatuhi hukuman penjara seumur hidup.

Pada Desember 2000, McVeigh meminta hakim federal untuk menetapkan tanggal eksekusinya. Hakim Federal Richard Matsch mengabulkan permintaan itu. Pada 11 Juni 2001, McVeigh meninggal karena suntikan mematikan di penjara AS di Terre Haute, Indiana. Dia adalah tahanan federal pertama yang dihukum mati sejak 1963.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement