Jumat 01 Jun 2018 08:56 WIB

Ledakan Tambang Batu Bara Tewaskan 236 Orang di Jepang

Ledakan terjadi tiba-tiba, yang mungkin disebabkan oleh penyalaan kantong gas

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Budi Raharjo
Tambang batu bara (ilustrasi)
Foto: Republika/Subroto
Tambang batu bara (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, FUKUOKA -- Pada 1 Juni 1965, ledakan di tambang batu bara Yamano dekat Fukuoka, Jepang, membunuh 236 pekerja tambang. Bencana tragis ini mungkin bisa dihindari jika operator tambang mengambil tindakan pencegahan yang paling mendasar.

Saat itu sebanyak 559 pekerja memasuki tambang yang tidak memiliki metanometer, yang digunakan untuk menjaga metana di tingkat yang aman. Tambang juga tidak dilengkapi dengan detektor kolorimetri apa pun, yang mengukur jumlah jejak bahan kimia di udara. Keduanya penting bagi keamanan tambang batu bara.

Ledakan kemudian terjadi secara tiba-tiba, yang mungkin disebabkan oleh penyalaan kantong gas. Ledakan tersebut menyebabkan runtuhnya banyak lubang tambang dan batu-batu besar memblokir rute pelarian.

Untungnya, beberapa lift tidak terpengaruh oleh ledakan dan 279 penambang mampu sampai di permukaan tambang dengan selamat. Sebanyak 37 di antaranya menderita luka parah. Sisa 236 pekerja tertinggal di bawah tanah.

Selama dua hari berikutnya, ribuan sanak saudara dan teman-teman para pekerja tambang yang masih terjebak, menunggu di luar lokasi penambangan ketika upaya penyelamatan berlangsung. Tetapi penantian itu sia-sia, tidak ada penambang yang ditemukan selamat.

Yoshio Sakarauchi, menteri perdagangan dan industri Jepang, mengundurkan diri setelah bencana itu terjadi.

Dilansir di History, enam tahun sebelumnya, tujuh penambang kehilangan nyawa dan 24 lainnya mendapatkan luka serius di tambang yang sama. Dalam kasus itu, kelalaian dalam tindakan keamanan disebut turut berkontribusi terhadap kematian korban.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement