Kamis 11 Oct 2018 11:32 WIB

Sejarah Hari Ini: Jimmy Carter Raih Hadiah Nobel Perdamaian

Jimmy Carter meraih hadiah nobel perdamaian setelah lengser jadi presiden AS.

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Nur Aini
Jimmy Carter
Foto: newsbusters.org
Jimmy Carter

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Pada 11 Oktober 2002, mantan Presiden Amerika Serikat (AS) Jimmy Carter meraih Hadiah Nobel Perdamaian. Penghargaan itu ia dapatkan atas upayanya selama beberapa dekade untuk menemukan solusi damai atas konflik internasional, memajukan demokrasi dan hak asasi manusia, serta mempromosikan pembangunan ekonomi dan sosial.

Dilansir di History, Carter, seorang mantan petani kacang dari Georgia, menjadi Presiden AS selama satu periode pada 1977 hingga 1981. Salah satu pencapaian utamanya sebagai presiden adalah menengahi perundingan perdamaian antara Israel dan Mesir pada 1978.

Komite Nobel sebelumnya ingin memberikan hadiah Nobel Perdamaian kepada Carter saat ia masih menjabat sebagai presiden, bersama dengan Anwar Sadat dan Menachim Mulailah. Namun karena masalah teknis, Carter tidak masuk ke dalam nominasi peraih hadiah tersebut.

Setelah lengser dari jabatannya, Carter dan istrinya Rosalynn mendirikan Carter Center yang berbasis di Atlanta pada 1982. Organisasi itu bertujuan untuk memajukan hak asasi manusia dan meringankan penderitaan manusia.

Sejak 1984, mereka telah bekerja sama dengan Habitat for Humanity untuk membangun rumah-rumah bagi tunawisma. Carter juga telah membantu memerangi wabah penyakit dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi di sejumlah negara berkembang, serta telah menjadi pengamat di banyak pemilihan politik di seluruh dunia.

Penghargaan Hadiah Nobel pertama, yang digagas oleh industrialis Alfred Nobel (1833-1896), diberikan di Swedia pada 1901 di bidang fisika, kimia, kedokteran, sastra, dan perdamaian. Sementara Hadiah Nobel di bidang ekonomi pertama kali diberikan pada 1969.

Carter adalah presiden AS ketiga yang menerima penghargaan senilai 1 juta dolar AS tersebut, setelah Theodore Roosevelt (1906) dan Woodrow Wilson (1919).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement