Sabtu 22 Mar 2014 05:41 WIB

Mohammad Merindukan Sekolah

Anak pengungsi Suriah tidur hanya beralaskan sajadah
Foto: al-arabiya
Anak pengungsi Suriah tidur hanya beralaskan sajadah

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ferry Kisihandi

Sudah setahun, Mohammad (15 tahun) berada di Amman, Yordania. Ia bukanlah perantau. Ia bersama keluarganya meninggalkan tanah kelahiran, Suriah untuk mengungsi karena konflik yang masih terus berkecamuk.

Mohammad tak hanya mengandalkan pembagian bantuan dari badan kemanusiaan. Namun, ia bekerja untuk menambah pemasukan bagi diri dan keluarganya. Selama mengungsi, praktis ia tak lagi bersekolah. Di tempat pengungsian, ia sibuk bekerja.

Sudah lima bulan, ia bekerja di sebuah toko daging. Tugasnya adalah memotong sayuran, menggiling daging, dan membantu majikannya. Dalam sehari ia harus bekerja selama sepuluh jam. Ia mengaku tak masalah dengan jam kerjanya itu.

Ia bersyukur masih bertahan di toko daging itu. Ia memang dituntut bekerja dengan baik agar pekerjaannya tak lepas. Sebab, sangat sulit bagi dirinya untuk menemukan pekerjaan. Di sisi lain, keinginan untuk belajar belumlah padam.

Mohammad mengaku sering iri melihat remaja-remaja sebayanya di Amman masih bisa mengeyam pendidikan. ‘’Saya tak tahan ketika ada sejumlah siswa Yordania menyandang tas memasuki toko tempat saya bekerja,’’ katanya seperti dikutip Alarabiya, Jumat (21/3).

Ia sadar mestinya tak terperangkap dalam toko daging itu. Selayaknya, ia berada di kelas mengikuti serangkaian pelajaran yang disampaikan gurunya. ‘’Saya sedih saat ada pelajar datang ke toko membeli roti daging. Mengapa saya tak bisa ke sekolah seperti mereka?’’

Krisis politik di Suriah yang hingga kini belum berakhir, membuat Mohammad dan teman-teman sebayanya mengalami nasib serupa. Mereka harus rela meninggalkan bangku sekolah. Gantinya, Mohammad dan dua kakak laki-lakinya dituntut membanting tulang.

Mereka ikut membantu orang tuanya menghimpun uang, untuk memenuhi biaya hidup yang tinggi di Amman. Mohammad mengatakan, ia sangat merindukan teman-temannya di Suriah. Termasuk hari-hari saat mereka bersama-sama menuju sekolah.

Ia berharap dapat pulang ke Suriah, bermain serta belajar bersama teman-temannya. Ada sebuah universitas di dekat tempat tinggalnya. ’’Saya bercita-cita meneruskan belajar ke perguruan tinggi setelah selesai SMA,’’ katanya.

Berdasarkan data statistik United Nation's International Children's Emergency Fund (UNICEF), lebih dari 600 ribu pengungsi tinggal di Yordania. Sebanyak 200 ribu di antaranya adalah anak-anak dan remaja usia sekolah.

Setengah lebih dari jumlah itu, tak mendapatkan pendidikan karena alasan ekonomi atau alasan lainnya. Toby Ficker dari UNICEF di Yordania, mengatakan, pendidikan sangat penting bagi anak-anak Suriah di pengungsian seperti Mohammad.

Ia beralasan, di masa mendatang mereka kembali ke Suriah. Mereka merupakan generasi yang mampu kembali membangun negaranya. Kini hancur akibat perang bersaudara. ‘’Agar bisa memajukan negaranya, mereka harus terpelajar,’’ kata Fricker.

Minimal, ujar Fricker, mereka bisa melek huruf dan angka agar mampu memainkan peran penting untuk menghidupkan kembali negara mereka yang porak-poranda, Suriah.

sumber : reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement