Jumat 21 Nov 2014 23:00 WIB

Presiden Mesir Pertimbangkan Pengampunan Bagi Wartawan Al Jazeera

Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi
Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi

REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi Kamis (20/11) menyatakan ia sedang mempertimbangkan pengampunan bagi para wartawan stasiun televisi Al Jazeera yang dipenjarakan di negaranya hampir setahun atas tuduhan membantu "organisasi teroris".

Kelompok-kelompok hak asasi manusia mengecam pemeriksaan pengadilan terhadap para wartawan itu dan PBB mempertanyakan kebebasan judisial Mesir. Masalah itu telah menimbulkan ketegangan antara Mesir dan Qatar.

Tiga wartawan Al Jazeera yang bermarkas di Qatar itu pada Juni dihukum antara tujuh sampai sepuluh tahun atas tuduhan-tuduhan termasuk menyebarkan kebohongan untuk membantu satu "organisasi teroris", satu kiasan terhadap Ikhwanul Muslimin yang telah dilarang.

"Izinkanlah kami mengatakan bahwa masalah ini sedang dibicarakan untuk menyelesaikan masalah itu," kata Sisi dalam wawancara dengan dengan stasiun televisi France 24 ketika menjawab pertanyaan apakah ia mungkin mengampunkan para wartawan itu.

Menjawab pertanyaan apakah satu keputusan mungkin akan dibuat segera, ia berkata,"Jika kami menemukan layak bagi keamanan di Mesir, kami akan melakukannya."

Keluarga dari salah seorang wartawan itu, Peter Greste asal Australia Jumat menyambut dengan hati-hati berita itu.

"Kami selalu gembira dan kami selalu mengharapkan masalah pengampunan itu dapat dilakukan, akan tetapi kami telah mendengar rumor rumor baik secara tegas atau tidak langsung mengenai masalah ini sebelumnya," kaya ayah Greste, Juris Greste kepada ABC (Australian Broadcasting Corportation).

Menteri Luar Negeri Australia Julie Bishop menyambut baik kemungkinan bagi pembebasan segera dan mengatakan ia akan mengajukan masalah itu kepada wakil Mesir di PBB.

Hubungan antara Mesir dan Qatar tegang sejak pertengahan tahun 2013 ketika panglima militer waktu itu Sisi menggulingkan presiden Mohamed Moursi dan menindak tegas kelompo Ikhwanul Muslimin, menangkap ribuan pendukungnya.

Tetapi ketegangan menunjukkan tanda-tanda mereda baur-baru ini. Qatar mengusir para pemimpin penting Ikhwanul Muslimin September dan Mesir Rabu menyambut baik satu perjanjian untuk mengakhiri sengketa dikalangan negara-negara Teluk menyangkut dukungan Qatar pada kelompok Islam itu.

Sisi sebelumnya menolak ikut campur tangan dalam kasus itu, menyatakan ikut campur tangan akan merusak kebebasan judisial. Tetapi ia pada Juli mengatakan ia ingin para wartawan itu dideportasi dan tidak diadili, satu pandangan yang ia tegaskan kembali pada Kamis.

Sisi mungkin menggunakan satu keputusan yang ia keluarkan pekan lalu yang mengizinkan ia untuk memulangkan para tahanan asing dan meningkatkan prospek bahwa Greste dan mungkin Mohamed Fahmy warga Mesir kelahiran Kanada dapat dideportai untuk menghadapi sidang pengadilan atau menyelesaikan masa hukuman mereka di tanah air mereka.

Wartawan ketiga Al Jazzera yang masih mendekam di penjara, Baher Mohamed, adalah warga Mesir, jadi ia diperkirakan tidak mendapatkan manfaat itu.

Al Jazeera menyebut tuduhan-tuduhan terhadap tiga wartawan itu tidak masuk akal. Pihak berwenang Mesir memiliki kekuasaan mereka untuk membebaskan para wartawan itu. Opini dunia mengharapkan ini akan segera dilaksanakan, dan untuk tiga wartawan itu segera dibebaskan," kata seorang juru bicara jaringan itu dalam satu pernyataan surat elektronik.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement