Sabtu 14 May 2016 18:38 WIB

Lembaga HAM Bantah Komandan Hizbullah Tewas karena Pemberontak

Hizbullah, sayap militer yang berhasil mengusir Israel dari Lebanon pada 2006 silam.
Foto: Reuters
Hizbullah, sayap militer yang berhasil mengusir Israel dari Lebanon pada 2006 silam.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT --Observatorium Suriah untuk HAM membantah pernyataan Hizbullah yang mengatakan slah satu komandan utamanya tewas akibat tembakan meriam pemberontak Suriah.

"Tidak ada catatan artileri atau peluru dari wilayah Ghouta Timur menuju Bandara Internasional Damaskus selama lebih dari sepekan," kata Direktur Observatorium Suriah untuk HAM Rami Abdurrahman kepada Reuters, Sabtu (14/5).

Hizbullah mengumumkan kematian Mustafa Badreddine di Suriah pada Jumat (13/5). Kematiannya akibat artileri para pemberontak di dekat Bandar Udara Damaskus. Pernyataan Hizbullah tidak menyebutkan kapan serangan itu terjadi atau kapan Badreddine tewas.

Bandara Damaskus dan sekitarnya di bawah kontrol pemerintah Suriah dan pasukan sekutu. Antara bandara dan pemerintahan yang diselenggarakan di Damaskus tengah, pemberontak menguasai bagian pinggiran Ghouta Timur yang telah terjadi peperangan atas sebagian besar konflik selama enam tahun.

Baca: Hizbullah Tuduh Meriam Pemberontak Tewaskan Komandan Utamanya

Sekitar 1.200 pejuang Hizbullah diperkirakan tewas selama konflik Suriah. "Hasil investigasi (atas kematian Badreddine) akan meningkatkan kenekatan untuk melanjutkan peperangan melawan geng kriminal dan menundukkan mereka," kata Hizbullah.

Badreddine dihukum mati di Kuwait atas perannya dalam serangan bom pada 1983. Dia melarikan diri dari penjara di Kuwait setelah Irak di bawah kepemimpinan Saddam Hussein menyerang negara tersebut pada 1980.

Pembebasannya dari penjara di Kuwait merupakan salah satu dari tuntutan yang diajukan para pembajak pesawat TWA pada 1985 dan para pembajak Kuwait Airways pada 1988. Selama beberapa tahun Badreddine mendalangi operasi militer menghadapi Israel dari Lebanon dan beberapa negara lain serta menghindari penangkapan negara-negara Arab dan Barat.

Dia juga salah satu dari lima anggota Hizbullah yang didakwa pengadilan khusus di Lebanon yang didukung Perserikatan Bangsa-Bangsa atas pembunuhan negarawan Rafik Al Hariri pada 2005. Rafik merupakan salah satu dari tokoh terkemuka Muslim Suni.

Hizbullah menampik berbagai keterlibatan tersebut dan menyatakan dakwaan itu bermotifkan politis.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement