Selasa 05 Dec 2017 13:22 WIB

Nasib Tragis Abdullah Saleh Berkoalisi dengan Houthi

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Teguh Firmansyah
Mantan presiden Yaman Ali Abdullah Saleh.
Foto: ibtimes.com
Ali Abdullah Saleh

Meski demikian, mantan presiden itu tetap berada di belakang layar dan menolak untuk masuk ke dalam pengasingan. Pada 2014, dia bersekutu dengan mantan musuhnya, yaitu pemberontak Syiah Houthi dari utara Yaman, untuk membalas dendam kepada orang-orang yang memaksanya turun dari kursi kekuasaan.

Keberhasilan Houthi dalam merebut ibu kota Sanaa pada September 2014 tidak akan mungkin terjadi tanpa dukungan dari loyalis Saleh. Namun, persekutuan mereka diyakini menjadi awal keruntuhan bagi mantan pemimpin yang ceroboh itu.

Laporan panel ahli kepada Dewan Keamanan PBB menyatakan, Saleh telah memberikan dukungan langsung kepada Houthi terkait pendanaan. Saleh juga memberikan dukungan pasukan elite yang masih berada di bawah pengaruhnya.

Pada 2015, panel ahli PBB menuduhnya melakukan korupsi. Saleh diduga mengumpulkan dana hingga 60 miliar dolar AS, saat negaranya menderita kemiskinan selama 33 tahun ia berkuasa.

Sementara itu, pada Februari 2015, Hadi melarikan diri ke Kota Aden di selatan Yaman, setelah menjadi tahanan rumah di Sanaa. Ia kemudian pergi ke Arab Saudi saat pemberontak mulai menyerang wilayah selatan.

Penasihat Hadi, Yassin Makkawi, pada 2015 menggambarkan Saleh sebagai sosok yang tiran. Ia juga mengatakan Houthi telah menjadi boneka di tangan Saleh.

Koalisi yang dipimpin Arab Saudi kemudian melancarkan serangan udara dan mengirim pasukan darat ke Yaman untuk mendukung Hadi. Mereka khawatir Houthi akan membantu saingan utamanya, Iran, untuk menyebarkan pengaruhnya di Yaman.

Pertempuran di Yaman telah menewaskan lebih dari 8.750 orang. PBB menyatakan Yaman telah menghadapi krisis kemanusiaan terburuk di dunia.

Intervensi Arab Saudi tersebut membantu tentara Yaman untuk memenangkan kendali yang lebih besar atas sebagian besar wilayah di selatan Yaman. Namun mereka masih tidak dapat mengusir Houthi dari ibu kota Sanaa dan wilayah-wilayah penting lainnya. Saleh dilaporkan tetap tinggal di ibu kota Sanaa. "Saya tidak akan pernah meninggalkan Sanaa," kata Saleh.

Pada pertengahan 2017, aliansi Saleh dengan Houthi mulai runtuh, di tengah konflik uang, pembagian kekuasaan, dan hubungan timbal balik. Ketika Saleh mengulurkan tangan ke koalisi pimpinan Arab Saudi, Houthi menuduhnya sebagai penghianat.

Pertaruhan Saleh untuk keluar dari persekutuannya dengan Houthi telah terbukti menjadi langkah fatal. Saat pertempuran mengguncang ibu kota Sanaa, pada Senin (4/12), Houthi mengumumkan kematian Saleh.

Video yang diterima AFP menunjukkan Saleh telah terbunuh dengan luka menganga di kepalanya. Beberapa jam kemudian, partainya membenarkan kabar tersebut. Di usia 75, pria yang telah membentuk banyak sejarah pasca-kemerdekaan Yaman itu, meninggal dunia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement