Kamis 04 Jan 2018 10:04 WIB

Oposisi: Rezim Suriah tak Hormati Kehidupan Manusia

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Teguh Firmansyah
Perang Saudara Suriah
Foto: AP
Perang Saudara Suriah

REPUBLIKA.CO.ID, JEDDAH -- Juru bicara oposisi Suriah Yahya Al-Aridi mengatakan, serangan rezim Suriah yang tanpa henti menunjukkan mereka tidak menghormati kehidupan manusia dan peraturan perang.

Dalam serangan udara yang berlangsung selama empat hari, 38 warga sipil telah terbunuh dan setidaknya 147 orang terluka. "Rezim dan pendukungnya tidak peduli dengan solusi politik," kata Al-Aridi, kepada Arab News, pada Rabu (3/1).

Rezim itu telah mengumpulkan pasukan elite untuk melakukan serangan besar-besaran di sebuah pangkalan militer di pinggiran Kota Damaskus, tempat 200 tentara diyakini terkepung oleh oposisi. Tentara oposisi Pasukan Pembebasan Suriah (FSA) adalah kekuatan utama yang mengepung pangkalan militer tersebut.

Sejak Ahad (31/12), oposisi telah memperluas kendali mereka atas pangkalan militer Suriah di Harasta. Namun kemungkinan hasil pertarungan tersebut tidak jelas dan rezim Suriah masih tidak dapat mengklaim kemenangan, seperti yang telah mereka katakan.

"Pasukan yang terkepung bisa digunakan sebagai alat tawar-menawar jika mereka tetap hidup," ungkap Al-Aridi.

Bahia Mardini, seorang jurnalis Suriah dan aktivis hak asasi manusia (HAM) yang berbasis di Inggris, mengatakan upaya perlawanan terhadap pemberontakan harus tetap mengutamakan warga sipil. Rezim dan sekutu Rusia-nya tidak boleh menggunakan terorisme sebagai alasan untuk membunuh warga sipil dan mempertahankan serangan mematikan mereka.

"Kami percaya dengan penuh semangat dalam melawan terorisme dan mengalahkan semua kelompok teroris di Suriah, apapun nama mereka, tetap harus menyelamatkan nyawa orang-orang sipil," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement