Kamis 25 Jan 2018 10:06 WIB

Rusia Tolak Tudingan Terlibat dalam Serangan Senjata Kimia

Menteri Luar Negeri Amerika Rex Tillerson dituding tergesa-gesa menuduh Rusia.

Abdel Hameed Alyousef memegang dua anaknya yang menjadi korban tewas akibat serangan senjata Kimia di Khan Sheikhoun, Provinsi Idlib, Selasa (4/4).
Foto: AP
Abdel Hameed Alyousef memegang dua anaknya yang menjadi korban tewas akibat serangan senjata Kimia di Khan Sheikhoun, Provinsi Idlib, Selasa (4/4).

REPUBLIKA.CO.ID, Rusia menolak tuduhan Amerika Serikat (AS) yang baru bahwa mereka bertanggung jawab atas serangan kimia baru-baru ini oleh pemerintah Suriah. Bahkan Rusia  kemudian menyerukan untuk melakukan investigasi internasional "benar-benar tidak memihak" baru.

Dalam pertemuan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa terakhir, utusan Rusia Vassily Nebenzia mengecam Menteri Luar Negeri Amerika Rex Tillerson karena "dengan tergesa-gesa menuduh orang Suriah sebagai ' rezim' dari serangan yang dilaporkan di Ghouta Timur di mana membuat korbannya susah bernafas.

"Sekarang mereka mencoba menyeret Rusia ke sini juga," Nebenzia menambahkan.

Komentarnya muncul saat para diplomat dari 29 negara bertemu di Paris untuk meminta sanksi dan tuntutan pidana terhadap pelaku serangan kimia di Suriah. Rusia dan China telah memblokir upaya dukungan Barat di PBB untuk menjatuhkan sanksi kepada Damaskus atas penggunaannya.

"Apakah tidak aneh bagi siapa pun bahwa episode ini bertepatan dengan pertemuan di Paris dan konferensi yang akan datang di Sochi? Ini kebetulan aneh," ujar Nebenzia menambahkan.

Selama pertemuan Dewan Keamanan, Nebenzia menelepon lagi untuk membentuk sebuah "badan investigasi internasional baru" yang, berdasarkan informasi yang tidak terbantahkan, akan dapat membuktikan bukti untuk mengidentifikasi pelaku penggunaan senjata kimia."

Rencananya AS dan Eropa akan mengganti panel senjata kimia yang dikenal dengan Joint Investigative Mechanism (JIM), yang mandatnya tidak dapat diperbaharui karena veto Rusia.

Moskow juga mengedarkan rancangan resolusi yang akan membentuk badan investigasi baru yang akan "benar-benar tidak memihak, independen, profesional dan kredibel." Apalagi Rusia selama telah berulang kali memperebutkan legitimasi JIM.

Utusan AS Nikki Haley dengan cepat menunjukkan bahwa usulan Rusia tersebut tidak memiliki kesempatan untuk diadopsi. AS juga memegang hak veto di Dewan Keamanan.

"Kami tidak akan menerima usulan Rusia yang merongrong kemampuan kita untuk mencapai kebenaran atau bahwa politis harus melakukan penyelidikan independen dan tidak memihak," katanya.

Dia berargumen bahwa Moskow telah mendukung JIM selama para penyidiknya menunjuk ke kelompok yang disebut kelompok militan Islam (IS). Namun menantang kesimpulan mereka saat mereka menyalahkan rezim Suriah.

"Itu bukan bagaimana investigasi independen dilakukan. Anda tidak bisa mempertanyakan temuan saat mereka tidak pergi ke arah Anda, "kata Haley.

Damaskus telah berulang kali dituduh menggunakan senjata kimia.  PBB menyalahkan pasukan pemerintah untuk serangan gas sarin pada bulan April 2017 di desa Khan Sheikhun yang diprotes oposisi yang menyebabkan tewasnya korban tewas.

Menurut perkiraan Prancis setidaknya ada 130 serangan senjata kimia terpisah di Suriah sejak 2012.  Militan Islam  juga dituduh menggunakan gas mustard di Suriah dan Irak.

sumber : Dawn.com
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement