Senin 26 Mar 2018 13:07 WIB

900 Orang Kembali Dievakuasi dari Ghouta Timur

Sebelumnya sudah ada 1.000 orang yang meninggalkan Ghouta Timur.

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Nidia Zuraya
Bangunan yang hancur akibat pengeboman di Ghouta timur, pinggiran Damaskus, Suriah, Kamis (22/2).
Foto: Ghouta Media Center via AP
Bangunan yang hancur akibat pengeboman di Ghouta timur, pinggiran Damaskus, Suriah, Kamis (22/2).

REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Lebih dari 900 pemberontak dan warga sipil Suriah mulai meninggalkan wilayah paling selatan Ghouta Timur, pada Ahad (25/3). Syrian Observatory for Human Rights mengatakan sebelumnya sudah ada 1.000 orang yang meninggalkan wilayah itu pada Sabtu (24/3).

Saluran televisi al-Ikhbariya melaporkan, mereka pergi dengan armada bus, termasuk bus kota berwarna hijau yang menjadi simbol kekalahan oposisi Suriah. Simbol ini juga menunjukkan penataan ulang penduduk Suriah ketika pemerintah mengambil kembali kendali atas kota-kota di seluruh negeri.

Para pemberontak dan keluarga mereka terlihat menyembunyikan wajah dari kamera media saat berada di dalam bus. Sementara anak-anak justru mengintip dari balik jendela yang terbuka. Mereka tidak yakin apakah mereka dapat kembali ke Ghouta Timur.

"Saya akan mengunjungi makam ayah saya untuk yang terakhir kali. Kami akan melakukan perjalanan yang tidak diketahui ke kamp pengungsi di Idlib. Kami tidak tahu bagaimana nasib kami di sana," ujar Muhammad Najem (15 tahun).

Pemberontak yang berasal dari faksi Ahrar al-Sham dan Faylaq al-Rahman mulai melakukan evakuasi di Ghouta Timur pada Kamis (22/3). Pemberontak Levant Liberation Committee (HTS) yang setia kepada Alqaidah juga mulai melakukan evakuasi pada Ahad (25/3). Sekitar 7.000 orang telah meninggalkan Kota Harasta, menuju Idlib.

Sementara itu, pemberontak Jaish al-Islam saat ini masih menguasai Kota Douma, kota terbesar di Ghouta Timur. Sebuah delegasi yang mewakili kota tersebut sedang melakukan pembicaraan dengan Rusia untuk mencapai penyelesaian yang akan menempatkan pasukan Rusia di dalam kota.

Badan amal yang fokus mendukung sektor medis, Union of Medical Care and Relief Organizations, mengatakan para pengungsi yang tiba di Kota Hama, Provinsi Idlib, menderita trauma dan kekurangan gizi. Hal ini disebabkan karena selama empat pekan mereka harus bersembunyi di ruang bawah tanah yang penuh sesak karena pemerintah menembaki dan mengebom wilayah mereka tanpa jeda.

Basel Termanini dari Syrian American Medical Society mengatakan rumah sakit setempat telah dipenuhi oleh para pengungsi. Pasien yang membutuhkan perawatan kritis akan segera dipindahkan ke rumah sakit di Turki.

Pemerintah Suriah memberikan pilihan kepada para pemberontak dan penduduk Ghouta Timur untuk meletakkan senjata mereka dan mendaftar wajib militer atau meninggalkan wilayah itu bersama keluarga mereka. Puluhan ribu penduduk Suriah di sana memilih untuk pergi bersama keluarga mereka.

PBB dan Komite Internasional Palang Merah (ICRC) telah menolak untuk memfasilitasi evakuasi di Ghouta timur. Hampir 11 juta orang telah dipaksa keluar dari wilayah mereka oleh kekerasan yang melanda negara itu sejak pemerintah Suriah mulai menindak keras protes Arab Spring pada 2011.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement