Senin 02 Apr 2018 04:25 WIB

Kesaksian Bocah 12 Tahun yang Patah Tulang Ditembak Israel

Ayah Bashar Wahdan tidak mengetahui putranya ikut aksi antikekerasan di Jalur Gaza.

Rep: Rahma Sulistya/ Red: Ratna Puspita
Ribuan masyarakat Gaza bergerak menuju perbatasan Palestina-Israel, Jumat (30/3).
Foto: Dok. Istimewa
Ribuan masyarakat Gaza bergerak menuju perbatasan Palestina-Israel, Jumat (30/3).

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA — Seorang anak usia 12 tahun, Bashar Wahdan, harus mengalami patah tulang pada kaki kirinya lantaran ditembak oleh militer Israel. Ia pun menceritakan kesaksiannya saat berpartisipasi pada aksi antikekerasan yang diikuti 30 ribu warga Palestina itu.

Bashar mengatakan, dia mendekati pagar perbatasan bersama dengan orang lain dalam kerumunan. Kala itu, dia berpikir akan aman selama tidak menyentuh pagar penghalang atau melempar batu.

Militer Israel berteriak agar warga tidak jalan mendekati pagar pembatas. Teriakan itu diabaikan oleh ratusan warga yang terus berjalan mendekati pagar perbatasan, termasuk Bashar.

Militer Israel meluncurkan peluru dengan dalih warga Palestina melakukan aksi lebih dulu. Aksi tersebut seperti melepaskan tembakan ke arah militer Israel, menggulingkan ban lalu membakarnya, serta melemparkan batu dan bom api ke perbatasan.

“Saya hanya berdiri di sana, ketika saya merasakan sesuatu mengenai kaki saya dan itu membuat saya jatuh ke tanah," kata Bashar saat ditemui di salah satu rumah sakit di Gaza Wahdan kepada Reuters, dilansir Senin (2/4).

Bashar memperkirakan jarak antara dirinya dan pembatas pagar itu sekitar 30 meter. Peluru menembus pembuluh darah dan mematahkan tulang. Sementara di samping tempat tidur Bashar, ayahnya mengatakan tidak mengetahui bahwa putranya pergi mengikuti aksi demo itu.

Dalam kejadian itu, militer Israel menuduh Hamas telah mengeksploitasi perempuan dan anak-anak Palestina, dengan mengirim mereka ke pagar perbatasan. "Tuduhan itu adalah sebuah kebohongan yang ditujukan untuk membenarkan pembantaian yang dilakukan Israel," ujar salah seorang Juru Bicara Hamas.

Pada Sabtu (31/3), militer Israel menggunakan peluru tajam dan peluru karet menembak dan melukai sekitar 70 warga Palestina yang menjadi pendemo di perbatasan. Dokter di Rumah Sakit Shifa Gaza mengatakan, mereka sampai kehabisan obat dan persediaan lainnya untuk mengobati para korban.

Gerakan antikekerasan warga Palestina yang melakukan unjuk rasa di Jalur Gaza dijadwalkan akan mencapai puncaknya pada 15 Mei 2018, di mana warga Palestina memperingati sebagai Nakba (bencana). Karena tanggal itu pada 1948, ratusan ribu orang melarikan diri atau diusir dari rumah mereka saat Israel menjajah tanah mereka.

Israel telah lama mengesampingkan hak Palestina untuk kembali memiliki tanah mereka. Israel takut kehilangan mayoritas Yahudi-nya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement