Rabu 04 Apr 2018 21:39 WIB

Rusia Duga ISIS dan Alqaeda Miliki Senjata Kimia

ISIS dan Alqaeda dikhawatirkan bergabung membentuk organisasi teroris baru.

Rep: Rizkyan Adiyudha/ Red: Nur Aini
 Pasukan militer Iraq bersiap melakukan penyerbuan ke basis ISIS di kota Fallujah, Senin (30/5). (AP/Khalid Mohammed)
Foto: AP/Khalid Mohammed
Pasukan militer Iraq bersiap melakukan penyerbuan ke basis ISIS di kota Fallujah, Senin (30/5). (AP/Khalid Mohammed)

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Agen Keamanan Federal Rusia (FSB) menyebut kemungkinan bergabungnya militan Negara Islam Irak Suriah (ISIS) dengan Alqaeda. Komite Anti-Terorisme Nasional mengatakan, kedua kelompok tersebut bisa jadi telah bergabung dan membentuk organisasi teroris baru.

Seperti diwartakan RT, Rabu (4/4) Kepala Direktur Komite Anti-Terorisme Nasional Aleksandr Bortnikov mengatakan, kedua kelompok tersebut memiliki jaringan yang luas di dunia. Bahkan, kedua militan itu berpotensi memproduksi senjata kimia jika bergabung.

"Organisasi semacam itu memiliki jaringan di banyak negara dengan pengalaman yang cukup besar melakukan tindakan militer dan subversif serta memiliki teknologi dan infrastruktur untuk menghasilkan senjata kimia yang nyata," kata Aleksandr Bortnikov, Rabu (4/4).

Menurut Bortnikov, kelompok yang sempat menguasai Irak dan Suriah itu tidak bisa dianggap remeh. Kondisi tersebut mengingat lebih dari 1.600 serangan teroris di berbagai negara biasanya berhubungan dengan kelompok itu.

Dia mengatakan, serangan yang dilakukan kelompok dengan bahaya sebesar ISIS telah memakan 150 ribu korban sejak 2014. Dia mengungkapkan, lebih dari 33 ribu warga terbunuh atau cedera dalam serangan yang mereka lakukan dalam beberapa tahun terakhir.

Bortnikov mengatakan, kelompok tersebut memanfaatkan perpecahan di antara negara dunia untuk terus bertahan hidup hingga kini. Menurutnya, ancaman teroris global tidak bisa dilawan dengan tentara nasional tapi harus melibatkan pasukan gabungan dari seluruh dunia.

Hal serupa juga diungkapkan Sekretaris Jendaral Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres. Dia menegaskan, tidak ada satupun negara yang bisa menanggulangi serta memecahkan permasalahan terkait terorisme seorang diri.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement