Jumat 06 Apr 2018 09:15 WIB

Kurdi: Penarikan Pasukan AS dari Suriah akan Jadi Bencana

Syrian Democratic Forces (SDF) pimpinan Kurdi melakukan operasi militer melawan ISIS

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Nidia Zuraya
Pasukan tentara Amerika Serikat
Foto: Youtube
Pasukan tentara Amerika Serikat

REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Keinginan Presiden AS Donald Trump untuk menarik pasukannya dari Suriah tampaknya masih terlalu cepat. Menurut pejabat Kurdi Suriah, ISIS kini kembali menunjukkan tanda-tanda akan memunculkan kekuatan baru di kubu terakhirnya di bagian timur negara itu.

ISIS diperkirakan baru akan kalah sepenuhnya beberapa tahun lagi. Hal ini memang sedikit membuat Kurdi lega karena Trump tampaknya akan menangguhkan rencana untuk menarik pasukan AS dari Suriah dengan segera.

Kurdi mengatakan mereka telah menerima jaminan dari militer AS, lebih dari 2.000 tentara AS di Suriah utara tidak akan pergi dalam waktu dekat. Gedung Putih dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan pada Rabu (4/3), mengindikasikan tentara AS akan tetap berada di Suriah sampai ISIS dikalahkan.

Mengalahkan ISIS akan memakan banyak waktu, karena kelompok militan itu telah menunjukkan perlawanan kuat di dua kantong terakhir yang mereka kuasai di sepanjang perbatasan Suriah-Irak. Tidak ada kemajuan yang berarti dalam beberapa bulan ini, dan para militan mulai merebut kembali sebagian wilayah pemerintah.

"Mengalahkan kelompok ISIS akan memakan waktu lama, mungkin bertahun-tahun," kata Saleh Muslim, pemimpin Democratic Union Party (PYD), sebuah partai politik Kurdi yang menguasai wilayah timur laut Suriah, tempat pasukan AS dikerahkan.

Ini adalah daerah gurun dan ISIS dapat bergerak di antara Irak dan Suriah. Mereka tidak akan dikalahkan dengan mudah," tambah dia, seperti dilaporkan laman The Washington Post.

Operasi militer yang dilakukan oleh Syrian Democratic Forces (SDF) pimpinan Kurdi untuk melawan ISIS, telah diperlambat oleh invasi Turki di Kota Afrin, Suriah utara, sejak Februari. Operasi Turki mendorong para militan Kurdi dan Arab untuk meninggalkan sementara perlawanan terhadap ISIS.

Dalam beberapa hari terakhir, para militan ISIS telah mengambil kembali ladang minyak dan sebuah desa di daerah Deir al-Zour. Ini merupakan kemajuan pertama mereka sejak mereka didorong dari sebagian besar benteng utama mereka di Suriah dan Irak tahun lalu.

"ISIS mengambil keuntungan dari operasi Afrin untuk mengatur jajarannya dan sekarang telah mulai melancarkan serangan balasan terhadap pasukan dan warga sipil kami," kata Nasser Haj Mansour, mantan komandan senior pasukan Kurdi di Suriah.

"Setiap penarikan pasukan Amerika akan menghasilkan kekosongan kekuasaan yang besar di Suriah. Ini akan menjadi bencana, dan bahkan orang-orang biasa di jalanam akan menganggapnya sebagai pengkhianatan," kata Bedran Ciya Kurd, seorang pejabat Kurdi.

Penarikan pasukan AS yang mendadak akan membuat Kurdi Suriah sangat rentan tidak hanya terhadap kebangkitan ISIS, tetapi juga invasi Turki ke utara dan invasi pemerintah Suriah bersama sekutunya, Iran dan Rusia, di barat dan selatan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement