Rabu 11 Apr 2018 12:56 WIB

Situasi Suriah Dinilai Mengancam Perdamaian Dunia

Donald Trump akan merespons dugaan serangan senjata kimia Suriah.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nur Aini
 Foto ini dirilis oleh kantor berita resmi Suriah SANA, menunjukkan pasukan pemerintah Suriah mengawasi evakuasi para pejuang dan keluarga mereka dari kota terkepung Douma, sebelah timur Damaskus, Suriah, pada Senin, 2 April 2018.
Foto: SANA/AP
Foto ini dirilis oleh kantor berita resmi Suriah SANA, menunjukkan pasukan pemerintah Suriah mengawasi evakuasi para pejuang dan keluarga mereka dari kota terkepung Douma, sebelah timur Damaskus, Suriah, pada Senin, 2 April 2018.

REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Menteri Luar Negeri Jerman Heiko Maas dan Menteri Luar Negeri Swedia Margot Wallstrom melakukan pertemuan di Berlin, Jerman, pada Selasa (10/4). Keduanya membahas tentang kerja sama bilateral, termasuk isu terkini perihal Suriah.

Dalam sesi konferensi pers bersama, Maas dan Wallstrom mengatakan keduanya sepakat situasi di Suriah merupakan ancaman bagi perdamaian dunia. Hal itu berkaitan dengan rencana Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang akan merespons dugaan serangan senjata kimia oleh pemerintah Bashar al-Asaad di Douma, Ghouta Timur, pekan lalu.

"Sayangnya, Suriah mungkin sesuatu yang bisa berubah menjadi situasi yang sangat serius bagi perdamaian dunia," ujar Wallstrom, dikutip laman Anadolu.

Sementara Maas menyoroti perihal pentingnya peran Rusia yang selama ini telah menjadi sekutu Assad. Ia mengatakan, Rusia sebagai pihak yang mendukung rezim Assad memiliki tanggung jawab untuk menggunakan pengaruhnya.

Dalam konteks tersebut, Maas berharap Rusia dapat meyakinkan rezim Assad agar memusnahkan semua senjata kimianya. Selain itu, Moskow juga harus dapat menjamin masuknya bantuan kemanusiaan ke daerah-daerah di Suriah yang masih berkecamuk.

"Bagi kami penting untuk menggunakan semua peluang, terutama menyampaikan harapan kami ke Rusia," kata Maas menerangkan.

Wallstrom juga menyerukan tentang perlunya menggunakan semua upaya diplomatik di PBB, termasuk untuk menyelidiki dugaan pemakaian senjata kimia oleh rezim Assad. "Ini adalah peran Dewan Keamanan PBB untuk pertama-tama mengadvokasi resolusi non-kekerasan terhadap hal ini. Kami berharap ini tidak akan meningkat menjadi ancaman nyata bagi perdamaian dan keamanan internasional," ujar Wallstrom.

Pekan lalu, serangan gas beracun terjadi di Douma, Ghouta Timur, Suriah. Serangan tersebut menewaskan sedikitnya 50 orang. Serangan yang dipimpin pasukan pemerintah Suriah itu diduga telah menggunakan senjata kimia.

Namun dugaan dan tuduhan tersebut segera dibantah Damaskus. Rusia selaku sekutu Assad juga menyangkal informasi tersebut. Adapun Trump, pada Senin (9/4), mengatakan AS akan merespons dugaan serangan senjata kimia oleh rezim Assad. Trump menegaskan AS tak mengesampingkan opsi militer dalam menghadapi hal ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement