Kamis 12 Apr 2018 02:13 WIB

Donald Trump Ancam Serang, Suriah Mengaku Siap Hadapi Perang

Trump mengungkap AS siap menghujani Suriah dengan misil.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nur Aini
Tim evakuasi bantuan dari Turki membawa korban serangan senjata kimia yang terjadi di kota Idllib, Suriah
Foto: AP
Tim evakuasi bantuan dari Turki membawa korban serangan senjata kimia yang terjadi di kota Idllib, Suriah

REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS -- Pemerintah Suriah mengecam ancaman serangan militer yang dinyatakan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Suriah menyatakan siap menghadapi kemungkinan serangan AS.

Kementerian Luar Negeri Suriah, dalam sebuah pernyataan yang dirilis Rabu (11/4), mengatakan ancaman Trump untuk menyerang Suriah merupakan tindakan gegabah dan sembrono. Menurut pemerintah Suriah, ancaman tersebut sangat berbahaya bagi perdamaian dan keamanan internasional.

"Kami tidak terkejut oleh eskalasi nekat ini dari rezim seperti yang ada di AS, yang telah dan terus mensponsori terorisme di Suriah," kata Kementerian Luar Negeri Suriah.

Tidak hanya pemerintah, ancaman Trump juga direspons oleh masyarakat Suriah. Laman media sosial di sana dipenuhi komentar protes terhadap Trump dan dukungan untuk pemerintah Suriah.

Marwan Ghata (66 tahun), salah satu warga Suriah mengatakan tidak akan gentar terhadap ancaman Trump. "Kami telah terbiasa dengan ancaman seperti itu yang bertujuan menakut-nakuti rakyat Suriah. Kami tidak akan meninggalkan rumah kami dan tentara kami (Suriah) siap untuk membalas," katanya melalui laman media sosial pribadinya.

Trump sebelumnya telah menyatakan bahwa AS siap menghujani Suriah dengan serangan misil. Trump juga mengancam Rusia selaku sekutu utama Presiden Suriah Bashar al-Assad. "Kalian (Rusia) seharusnya tidak bersekutu dengan binatang pengguna gas yang menewaskan rakyatnya," kata Trump melalui akun Twitter pribadinya.

Ancaman serangan yang dilayangkan Trump memang berkaitan dengan serangan gas beracun yang terjadi di Douma, Ghouta Timur, Suriah, pekan lalu. Serangan tersebut dilaporkan telah menewaskan lebih dari 40 orang.

Pemerintah Suriah dituding bertanggung jawab atas terjadinya serangan yang diduga menggunakan senjata kimia tersebut. Namun tuduhan ini segera dibantah pemerintah Suriah, termasuk oleh Rusia.

Organisasi Larangan Senjata Kimia (OPCW) telah mengatakan akan mengirim tim pencari fakta ke Douma. Tim ini nantinya akan membuktikan apakah gas beracun yang dijatuhkan di daerah tersebut masuk dalam jenis senjata kimia.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement