Senin 16 Apr 2018 06:49 WIB

Negara-Negara Ini Diduga Pasok Senjata dalam Perang Suriah

Pemerintah Suriah mengandalkan aliran senjata dari sekutu asingnya.

Rep: Marniati/ Red: Ani Nursalikah
Suasana kota di Suriah yang hancur akibat perang saudara yang melanda negara tersebut.
Foto: EPA/STR
Suasana kota di Suriah yang hancur akibat perang saudara yang melanda negara tersebut.

REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS -- Salah satu isu kunci dalam konflik Suriah, yakni pasokan persenjataan bagi kedua pihak yang bertikai, yakni antara pemerintah Suriah dan pemberomtak. Isu ini semakin ramai dibahas dalam dua tahun terkahir.

Dilansir di BBC, Sabtu (14/4), pemerintah Suriah mengandalkan aliran senjata dari sekutu asingnya. Sementara pemberontak telah menerima senjata dan bantuan dengan cara yang lebih rahasia.

Sebelum dimulainya pemberontakan, tentara Suriah memiliki berbagai senjata berat, termasuk tank, kendaraan lapis baja, sistem artileri dan roket, dan rudal balistik. Angkatan udara juga memiliki jet tempur dan helikopter tempur.

Setelah dua tahun pertempuran, pasukan pemerintah masih dipersenjatai dan diorganisir lebih baik daripada para pemberontak. Tetapi para pejabat Barat mengatakan persediaan senjata dan amunisi Suriah telah habis. Suriah harus bergantung pada bantuan asing.

Berikut beberapa negara yang diduga memberikan dukungan senjata pada Suriah maupun pemberontak.

Rusia

Rusia terus memasok militer Suriah dengan senjata dan peralatan selama konflik. Moskow menegaskan itu hanya untuk memenuhi kontrak yang sudah ada sebelumnya. Menurut Rusia, kesepakatan itu tidak melanggar sanksi internasional.

Meskipun ada tekanan Barat, Moskow bersikeras awal tahun ini mereka akan menghormati kontrak yang disepakati sebelumnya dengan Damaskus untuk memasok sistem pertahanan rudal canggih S-300. Namun diyakini rudal tersebut belum dikirimkan ke Suriah. Rusia telah dilaporkan mengirim rudal jelajah anti kapal Yakhont, SA-17, dan sistem rudal Pantsyr-S jarak dekat.

Iran

Iran telah meningkatkan dukungan militernya terhadap pasukan pemerintah Suriah sejak akhir 2012. Menurur pejabat Barat, Teheran diyakini telah menjadi pemasok utama roket, rudal anti-tank, granat roket, dan mortir.

Namun, pejabat Iran membantah telah melanggar sanksi PBB terkait ekspor senjata. Untuk menghindari sanksi, Teheran diduga mengangkut sebagian besar senjata melalui wilayah udara Irak di pesawat komersial.

Dan baru-baru ini, melalui jalur darat Irak dengan menggunakan truk. Namun hal ini disangkal pemerintah Irak. Foto dan video yang diterbitkan baru-baru ini menunjukkan bukti pengiriman senjata Iran.

Satu senjata diduga roket buatan Iran yang dibuat pada 2012. Satu lagi peti amunisi berisi mortir yang dibuat anak perusahaan Kementerian Pertahanan Iran pada 2012.

Adapun kelompok pemberontak Suriah diyakini telah memperoleh senjata dan amunisi mereka melalui berbagai cara, termasuk pasar gelap, medan perang, pabrik improvisasi, dan pengiriman yang dibayar oleh individu, kelompok dan pemerintah asing.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement