Sabtu 21 Apr 2018 12:11 WIB

PBB Minta Dunia Redakan Ketegangan di Suriah

Perwakilan Khusus PBB temui Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov.

Rep: Rizkyan Adiyudha/ Red: Teguh Firmansyah
Utusan khusus Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Suriah Staffan de Mistura berbicara kepada wartawan usai negosiasi antara pemerintah Suriah dan oposisi di Jenewa, Switzerland, Jumat, 29 Januari 2016.
Foto: Martial Trezzini/Keystone via AP
Utusan khusus Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Suriah Staffan de Mistura berbicara kepada wartawan usai negosiasi antara pemerintah Suriah dan oposisi di Jenewa, Switzerland, Jumat, 29 Januari 2016.

REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS -- Perwakilan khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Suriah Staffan de Mistura meminta dunia internasional menahan diri di Suriah. Dia mengatakan, tensi yang terjadi di negara tersebut harus segera diredakan.

Permintaan yang dilontarkan De Mistura dikeluarkan setelah mengadakan pertemuan dengan Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov. Dia mengatakan, perlunya pemulihan diplomasi oleh kekuatan-kekuatan besar global guna mengakhiri konflik di negara tersebut.

"Kita membutuhkan tidak hanya penurunan tensi militer tapi juga tensi politik dan saya kira itu bisa dilakukan melalui diskusi mendalam," kata Staffan de Mistura seperti dikutip laman Aljazirah, Sabtu (21/4).

De Mistura mengatakan, penyidik senjata kimia harus segera diperbolehkan melaksanakan tugas mereka di Douma, Suriah. Hal itu, harus dilakukan sesegera mungkin dan tanpa intervensi apapun.

Secara khusus, De Mistura mengaku puas dengan komitmen yang ditunjukan Pemerintah Rusia terkait situasi politik yang ada. Pertemuan dengan Rusia menjadi sulit untuk dilakukan setelah sekutu melakukan serangan rudal ke negara konflik tersebut.

Sergey Lavrov menolak tuduhan AS yang menuding Rusia mencoba menunda penyidik internasional tiba di lokasi dugaan penggunaan senjata kimia yang kini berada dalam kontrol pemerintah Suriah. Tim dari Prohibition of Chemical Weapons (OPCW) dilaporkan belum masuk ke Douma setelah sepekan tiba di Suriah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement