Selasa 08 May 2018 09:52 WIB

Konflik Hamas-Fatah Disayangkan Direktur NCCR Gaza

Israel mengeksploitasi air bersih, sehingga 95 persen air di Gaza tidak layak minum.

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Didi Purwadi
 Tiga anak Palestina berfoto bersama saat merayakan Hari Raya Idul Fitri di Gaza, Palestina, Jumat (17/7).  (AP/Khalil Hamra)
Tiga anak Palestina berfoto bersama saat merayakan Hari Raya Idul Fitri di Gaza, Palestina, Jumat (17/7). (AP/Khalil Hamra)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Konflik antar pemimpin Palestina sangat disayangkan sejumlah pihak. Sebab, konflik tersebut tak menghasilkan kebaikan apapun bagi warga Palestina yang saat ini serba susah.

Direktur Eksekutif The National Center for Community Rehabilitation (NCCR) Palestina, Fatma A. Al-Gussain, mengaku berat bila harus membicarakan konflik Hamas dan Fatah di Palestina. Ia tak paham mereka berkonflik, padahal Palestina tidak punya apa-apa, tidak punya pelabuhan atau bandara.

''Pemimpin Palestina harus dapat izin dari Israel bila bepergian dari satu kota ke kota lain di Palestina. Apa yang diributkan?,'' kata Fatma saat bersilaturahim ke Republika di Jakarta pada Senin (7/5).

Wanita yang kini tinggal di Gaza itu menyebut, Gaza punya penduduk sebanyak dua juta jiwa. Seperti Fatma, tidak semua warga memihak kubu tertentu.

Soal bagaimana Fatma memandang sosok Ismail Haniye dari Hamas dan Mahmoud Abbas dari Fatah, Fatma memberikan pandangannya. Ia menyebut Ismail Haniye tinggal tak jauh dari area tempat Fatma tinggal. Beberapa kali Fatma berjumpa Haniye.

''Sebagai personal, ia lelaki baik. Kalau politik, itu persoalan lain,'' kata Fatma.

Sementara Mahmoud Abbas, Fatma mengaku tidak suka secara personal karena Abbas menghukum warga Gaza akibat ulah Hamas. Salah satunya, Abbas meminta Israel mengurangi aliran listrik ke Gaza.

''Itu tidak adil. Presiden Palestina adalah ayah bagi warganya. Tapi ia memutus aliran listrik. Itu tidak adil,'' kata Fatma.

Warga Gaza harus membayar semua layanan, termasuk layanan dasar seperti listrik dan air. ''Pekerjaan sulit, listrik sering padam, makanan kurang, tidak ada apa-apa,'' ungkap Fatma.

Israel mengeksploitasi air bersih. Sehingga 95 persen air di Gaza tidak layak minum. Fatma sendiri harus membayar lima dolar AS (Rp 70 ribu) untuk mengisi tandon air bersih ukuran 100 liter.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement