Sabtu 02 Jun 2018 09:02 WIB

Pilot Era Uni Soviet Ingin Pulang dari Afghanistan

Pesawat pilot era Uni Soviet itu tertembak jatuh di Afghanistan 30 tahun lalu.

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Reiny Dwinanda
Tentara Red Army menunggu di depan pesawat mereka sebelum meninggalkan Kabul, Afghanistan menuju Uni Soviet di bandara Kabul, 13 Februari 1989.
Foto: Pinterest
Tentara Red Army menunggu di depan pesawat mereka sebelum meninggalkan Kabul, Afghanistan menuju Uni Soviet di bandara Kabul, 13 Februari 1989.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Seorang pilot Rusia yang diduga tewas dan hilang setelah pesawatnya ditembak jatuh tiga dekade lalu di Afghanistan, telah ditemukan di Pakistan dalam keadaan hidup. Pilot itu berada di Afghanistan saat Uni Soviet melakukan intervensi dalam peperangan di negara itu.

"Dia masih hidup. Sangat mengherankan. Sekarang dia membutuhkan bantuan," kata ketua serikat milisi Rusia, Valery Vostrotin, kepada kantor berita RIA Novosti, Jumat (1/6).

Vostrotin, yang mengepalai komisi gabungan Rusia-AS dalam urusan tawanan perang dan tentara yang hilang, menolak untuk menyebutkan nama pilot tersebut karena alasan kerahasiaan. Ia hanya mengatakan pilot tersebut mengaku ingin pulang ke Rusia.

Wakil kepala organisasi veteran Battle Brotherhood, Vyacheslav Kalinin, mengatakan pilot itu ditembak jatuh pada 1987 bersama pesawat yang dibawanya. Ia kemungkinan sekarang berusia di atas 60 tahun.

Kalinin menduga, pilot tersebut bisa berada di Pakistan karena Afghanistan memiliki tempat penampungan khusus untuk tawanan perang di negara itu. RIA Novosti melaporkan, selama perang di tahun 1979 dan 1989, 125 pesawat Uni Soviet ditembak jatuh di Afghanistan.

Ketika pasukan Uni Soviet ditarik keluar pada 1989, sekitar 300 tentara dinyatakan hilang. Sejak itu, hanya sekitar 30 tentara yang berhasil ditemukan dan sebagian besar telah kembali ke negara asal mereka.

Harian bisnis Kommersant melaporkan, hanya ada satu pilot Uni Soviet yang ditembak jatuh pada 1987. Pilot itu diidentifikasi bernama Sergei Pantelyuk dari wilayah Rostov, Rusia selatan.

Pantelyuk hilang bersama dengan pesawatnya setelah lepas landas dari lapangan udara Bagram. Saat ini, pangkalan udara Bagram telah menjadi pangkalan udara AS, yang terletak di sebelah utara Kabul.

Kepala organisasi veteran setempat mengatakan, ibu dan saudara perempuan Pantelyuk juga masih hidup. Tabloid Komsomolskaya Pravda turut menelusuri putri Pantelyuk yang berusia 31 tahun, yang lahir beberapa bulan sebelum ayahnya hilang.

Senator Rusia Frants Klintsevich mengatakan kepada RIA Novosti, ada beberapa kasus yang serupa dengan kasus ini. Dia mengaku telah bertemu dengan seorang prajurit Uni Soviet dalam perjalanannya ke Afghanistan beberapa tahun yang lalu.

Klintsevich menyatakan prajurit yang tidak disebutkan namanya itu berbicara bahasa Rusia dengan susah payah. Dia merasa sudah terlambat baginya untuk kembali.

Mantan tentara Uni Soviet Bakhretdin Khakimov, yang diwawancarai pada 2015, adalah salah satu dari mereka yang memilih untuk tetap tinggal di Afghanistan. Dia terluka parah dan dirawat kembali oleh orang-orang setempat dan kemudian masuk Islam.

"Saya tinggal di Afghanistan karena orang Afghanistan sangat baik dan ramah," ujar Khakimov, dikutip Arab News.

Uni Soviet mengambil alih Afghanistan pada 27 Desember 1979. Hal itu dilakukan sebagai upaya menstabilkan situasi politik yang terjadi di negara itu pada era Perang Dingin.

Sebanyak 75 ribu tentara dikerahkan oleh Uni Soviet di Afghanistan. Keberadaan pasukan itu membantu menegaskan kekuasaan Babrak Karmal sebagai pemimpin di salah satu negara Timur Tengah tersebut dan memukul mundur kekuatan oposisi pemerintah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement