Kamis 28 Jun 2018 23:15 WIB

Putin: 1.140 Tentara Rusia Telah Ditarik dari Suriah

Penarikan pasukan masih berlanjut hingga sekarang.

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Teguh Firmansyah
Vladimir Putin
Foto: EPA/Sergei Chirikov
Vladimir Putin

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan, selama beberapa hari terakhir ini lebih dari 20 pesawat dan 1.000 personel telah ditarik dari Suriah. Informasi ini disampaikannya di hadapan alumni akademi militer Rusia pada Kamis (28/6).

"Penarikan masih berlanjut sekarang. Hanya dalam beberapa hari terakhir, 13 pesawat, 14 helikopter, dan 1.140 personil telah ditarik keluar (Suriah)," kata Putin, seperti dilaporkan laman kantor berita Tass.

Pemimpin Rusia itu mencatat, penarikan pasukan Rusia dari Suriah dimulai ketika ia tiba di pangkalan Rusia di Hmeimim pada Desember 2017. Menurutnya, pengalaman operasi militer di Suriah harus digunakan sepenuhnya untuk melatih personel militer Rusia di dalam negeri.

"Tentara Rusia jelas menunjukkan potensi yang berkembang dan koordinasi yang lebih baik di antara unit militer lainnya dalam perjuangan melawan teroris di Suriah. Kalian semua bisa menggunakan pengalaman operasi itu dalam pelatihan tempur," ungkap Putin.

Baca juga,  AS Kecam Bom Rusia dan Suriah yang Tewaskan Oposisi.

Ia juga memberi selamat kepada para taruna yang baru ditugaskan setelah lulus. Putin mengaku, upacara penghormatan terhadap lulusan terbaik akademi militer di Kremlin adalah tradisi baik yang sudah lama dijalankan.

"Kamar-kamar ini adalah saksi peristiwa terbesar dalam sejarah Rusia dan dihiasi dengan simbol kemuliaan dan keberanian militer," ungkapnya.

Putin yakin komitmen pada tradisi yang sudah berabad-abad ini merupakan faktor kunci bagi kesuksesan Angkatan Darat dan Angkatan Laut Rusia. Hal tersebut juga merupakan sumber kekuatan dan keteguhan Rusia untuk generasi saat ini dan masa depan.

Bertemu Trump

Sementara itu, Presiden AS Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin dijadwalkan akan bertemu pada 16 Juli mendatang di Helsinki, Finlandia. Pertemuan resmi pertama kedua pemimpin negara itu telah dikonfirmasi Kremlin dan Gedung Putih pada Kamis (28/6).

Kedua negara mengumumkan rincian pertemuan Trump-Putin secara bersamaan sehari setelah penasihat keamanan nasional AS John Bolton melakukan kunjungan ke Moskow pada Rabu (27/6).

"Kedua pemimpin akan membahas hubungan antara Amerika Serikat dan Rusia, dan berbagai masalah keamanan nasional," kata Gedung Putih dalam sebuah pernyataan.

Trump dan Putin yang berbeda pandangan soal Suriah sebelumnya telah bertemu dua kali di sela-sela pertemuan internasional. KTT AS-Rusia ini membuat sekutu AS yang ingin mengisolasi Moskow, seperti Inggris, merasa khawatir karena takut Trump terlalu ramah terhadap Rusia.

Pertemuan ini juga tidak disambut baik oleh kritikus yang mempertanyakan komitmen Trump terhadap aliansi NATO. Mereka juga mempertanyakan komitmen perdagangannya dengan Kanada dan Jerman.

Trump telah lama menyatakan ingin menjalin hubungan yang lebih baik dengan Moskow, bahkan ketika Washington masih terus memperketat sanksi.

Komunitas intelijen AS telah menyimpulkan adanya keterlibatan Moskow dalam kampanye presiden 2016 yang membantu memenangkan Trump. Namun Moskow membantah telah melakukan campur tangan apapun.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement