Kamis 05 Jul 2018 16:21 WIB

Ratusan Perempuan Dibunuh Militan Yaman

Houthi juga melukai ribuan perempuan sejak perang sipil pecah pada 2014.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nur Aini
Gerilyawan Houthi di Yaman.
Foto: AP/Hani Mohammed
Gerilyawan Houthi di Yaman.

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Menteri Hak Asasi Manusia Yaman Mohammed Askar mengungkapkan kelompok militan Houthi telah membunuh ratusan perempuan di negara tersebut sejak meletusnya perang sipil pada September 2014. Hal tersebut ia sampaikan ketika menghadiri seminar bertajuk "How to Save and Protect Women and Children in the Yemeni Crisis" di Jenewa, Swiss, pada Rabu (4/7).

Askar mengatakan, sedikitnya 814 perempuan Yaman telah tewas di tangan kelompok Houthi sejak 2014. Mereka pun melukai tak kurang dari 4.179 perempuan.

"Pelanggaran pemberontak Houthi terhadap wanita di Yaman termasuk pembunuhan, penahanan, kekerasan seksual, penyiksaan psikologis, pemindahan paksa, dan lainnya," kata Askar, dikutip laman Anadolu Agency.

Tak hanya wanita, anak-anak pun turut menjadi korban kejahatan Houthi. "Anak-anak jatuh ke dalam enam kategori kejahatan serius, yakni pembunuhan, mutilasi, penculikan, perampasan bantuan makanan, kekerasan seksual, dan kewajiban masuk ke dalam militer," ujarnya.

Askar mengatakan milisi Houthi telah menanam cukup banyak ranjau darat di Yaman meskipun ada larangan internasional terhadap praktik tersebut. Ranjau-ranjau itu telah membunuh dan melukai ratusan warga sipil, kebanyakan adalah wanita serta anak-anak.

Yaman mulai berkecamuk pada 2014, tepatnya ketika kelompok Houthi menguasai sebagian besar wilayah negara tersebut, termasuk ibu kota Sanaa. Konflik kian memanas ketika Arab Saudi dan sekutunya memutuskan menggelar operasi militer di negara tersebut dalam rangka menumpas Houthi. Saudi mengklaim Houthi merupakan kelompok yang melayani kepentingan Iran.

Deraan konflik telah menyebabkan Yaman jatuh dalam krisis kemanusiaan. PBB menggambarkan situasi di negara itu sebagai bencana kemanusiaan terburuk di zaman modern.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement