Kamis 05 Jul 2018 18:39 WIB

Gencatan Senjata Gagal, Serangan Sengit Berlanjut di Suriah

Serangan bom terjadi di provinsi selatan Suriah, Deraa.

Rep: Winda Destiana Putri/ Red: Nur Aini
Warga Suriah berjalan di antara puing-puing bangunan setelah serangan udara dari pasukan rezim
Foto: The Guardian
Warga Suriah berjalan di antara puing-puing bangunan setelah serangan udara dari pasukan rezim

REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS -- Serangan baru di wilayah barat daya Suriah terjadi sehari setelah para militan dan Rusia gagal menyetujui kesepakatan gencatan senjata.

Pemerintah Suriah dan sekutu militer terdekatnya, Rusia telah mengintensifkan serangan bom di provinsi selatan Deraa, setelah kesepakatan gencatan senjata antara pemberontak dan Rusia terhenti pada Rabu (5/7). Zeina Khodr dari Aljazirah melaporkan dari Beirut, bahwa serangan udara semakin meningkat saat pasukan pemerintah maju terus untuk merebut kembali wilayah yang hilang.

"Jeda dalam pertempuran sekarang telah hancur setelah runtuhnya perundingan perdamaian. Pemerintah Suriah dan pesawat Rusia telah menargetkan sejumlah kota yang dikuasai pemberontak di provinsi itu," kata Khodr.

"Puluhan serangan udara dilaporkan oleh aktivis, terutama menargetkan kota-kota Tafas di perdesaan barat Deraa dan di perdesaan timur Saida."

Observatorium Suriah yang berbasis di Inggris untuk Hak Asasi Manusia mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa ratusan rudal dan bom dilepaskan oleh pesawat Suriah dan Rusia Rabu malam hingga Kamis pagi (5/7).

Pengawas perang mengatakan serangan udara sedang berlangsung, termasuk di kota Tafas di barat laut provinsi Deraa dan di kota-kota dan desa-desa di dekat perbatasan Yordania. Samer Homssi, yang melarikan diri ke pinggiran Deraa bersama istri dan keempat anaknya, menggambarkan serangan gencar dari serangan udara dan penembakan rezim.

"Pemboman itu tidak berhenti untuk sesaat sejak pengumuman bahwa perundingan gagal," pria berusia 47 tahun itu, yang keluarganya berlindung di sebuah rumpun pohon zaitun, mengatakan kepada kantor berita AFP.

"Kami tinggal di sini di pohon-pohon zaitun, takut pada segala sesuatu, penembakan, serangga, tanpa air minum atau layanan medis di dekatnya. Situasinya sangat sulit."

Pasukan pemerintah Suriah merebut kembali pos pemeriksaan keamanan di sepanjang perbatasan Yordania untuk pertama kalinya dalam lebih dari tiga tahun. Enam warga sipil, termasuk seorang wanita dan empat anak-anak, tewas di kota Saida.

Serangan telah mendorong lebih dari seperempat juta orang di Suriah barat daya dari rumah mereka. PBB mengatakan pengungsi tersebut mencari perlindungan di sepanjang perbatasan dengan Yordania dan Israel. Kedua negara telah mengatakan mereka tidak akan membuka perbatasan mereka untuk pengungsi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement