Kamis 16 Aug 2018 09:15 WIB

Qatar Kucuri Turki Investasi untuk Selamatkan Kurs Lira

Dana dari Qatar akan disalurkan ke perbankan dan pasar finansial.

Rep: Rizkyan Adiyudha/ Red: Nur Aini
Turis menukarkan uang ke money changer di Istanbul, Turki, Senin (13/8). Merosotnya nilai mata ulang Lira Turki membuat turis asing menikmati lonjakan dolar yang dipegangnya.
Foto: AP
Turis menukarkan uang ke money changer di Istanbul, Turki, Senin (13/8). Merosotnya nilai mata ulang Lira Turki membuat turis asing menikmati lonjakan dolar yang dipegangnya.

REPUBLIKA.CO.ID, DOHA -- Pemerintah Qatar siap melakukan investasi senilai 15 miliar dolar Amerika Serikat (AS) di Turki. Penanaman modal itu dilakukan untuk membantu menguatkan nilai tukar mata uang Turki, Lira yang sempat turun ke titik terendah dalam sejarah akibat sanksi ekonomi AS.

Investasi ditanamkan setelah pertemuan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dengan Emir Qatar Sheikh Tamim Bin Hamad Al-Thani. Doha sepakat menyetujui paket proyek ekonomi, investasi, dan deposito di Istanbul.

"Dana dari Qatar akan disalurkan ke perbankan dan pasar finansial," kata pemerintah Turki.

Pemerintahan Donald Trump memberlakukan sanksi ekonomi sepihak menyusul penangkapan pastur asal AS Andrew Brunson. Kebijakan tersebut membuat nilai Lira telah kehilangan lebih dari 40 persen sebesar 7,24 terhadap dolar AS.

Pelemahan nilai mata uang tersebut telah mengganggu pasar global. Penurunan sebesar 18 persen pada Jumat (10/8) lalu telah memukul saham Eropa dan AS menyusul kecemasan investor tentang eksposur bank ke Turki. Namun, nilai Lira sempat menguat sembilan persen pada Selasa (14/8) waktu setempat.

Langkah pengawas bank untuk membatasi transaksi pertukaran mata uang asing juga membantu penguatan nilai mata uang. Menteri Keuangan Turki rencananya akan berusaha untuk meyakinkan investor internasional pada Kamis (15/8) waktu setempat dalam sebuah konferensi yang diikuti sekitar 3.000 orang.

Pemerintah Turki sebelumnya juga telah meningkatkan tarif bea masuk sejumlah barang asal AS. Beberapa barang yang terkena peningkatan tarif tersebut adalah kendaraan penumpang hingga 120 persen, alkohol hingga 140 persen, dan tembakau sebesar 60 persen.

Barang-barang llinnya yang juga terdampak penggandaan tarif adalah kosmetik, beras, dan baru bara. Kenaikan tarif diberlakukan juga sebagai respons dari penggandaan pajak bea masuk baja dan alumunium asal Turki masing-masing sebesar 20 persen dan 50 persen.

Gedung Putih meminta dengan tegas agar Turki segera membebaskan pastur Brunson. Wakil Presiden AS Mike Pence dalam akun Twitternya mengatakan, Brunson merupakan warga tidak bersalah yang ditahan di Turki dan pengadilan meminta agar dia dibebaskan.

"Turki sebaiknya tidak menguji tekad @POTUS Trump untuk melihat WN Amerika yang dipenjara dengan keliru di tanah asing, pulang ke AS,” kata Mike Pence.

Juru Bicara Gedung Putih Sarah Sanders menegaskan, AS tidak memiliki rencana untuk menurunkan peningkatan tarif tersebut meski Brunson dibebaskan. Namun, Paman Sam akan mencabut sanksi terhadap dua menteri Turki.

Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu kemudian melontarkan pernyataan yang sedikit positif. Dia mengatakan, Turki siap untuk membahas masalah-masalahnya dengan AS selama tidak ada ancaman.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement