Jumat 14 Sep 2018 02:12 WIB

Lindungi Warga, PBB Bagikan Lokasi RS dan Sekolah di Idlib

PBB tak ingin warga sipil menjadi target.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Muhammad Hafil
Serangan udara dilancarkan di sekitar Idlib Suriah
Foto: Syrian Civil Defense White Helmets via AP
Serangan udara dilancarkan di sekitar Idlib Suriah

REPUBLIKA.CO.ID, IDLIB -- Sebuah serangan sedang dipersiapkan untuk mengusir kubu pemberontak yang tersisa di provinsi Idlib, Suriah. PBB membagikan lokasi sekolah hingga rumah sakit di Idlib untuk mencegah jatuhnya korban warga sipil dalam serangan besar ini.

PBB mengungkapkan koordinat-koordinat GPS sekolah, rumah sakit hingga tempat-tempat sipil lain di Idlib telah diberitahukan kepada Rusia, Turki dan Amerika Serikat. Total koordinat yang tercatat ada sebanyak 235 titik.

"Kami membagi koordinat ini agar tidak ada lagi keraguan bahwa rumah sakit adalah rumah sakit," ungkap Regional Humanitarian Coordinator PBB untuk krisis Suriah Panos Moumtzis seperti dilansir Reuters, Kamis (13/9).

Pesawat tempur pemerintah Suriah dan Rusia sudah mulai melakukan serangan 'pembuka' di Idlib pada minggu lalu. Serangan ini tidak sebesar rencana serangan yang akan dilakukan nanti. Meski begitu, Moumtzis mengatkan ada empat rumah sakit di Hama dan Idlib yang terkena serangan udara pekan lalu.

Moumtzis menilai insiden ini sebagai 'serangan serius' yang melanggar hukum internasional. Moumtzis mengatakan rumah sakit adalah rumah sakit, semua pihak harus menghormatinya.

"Kami ingin warga sipil tidak menjadi target, rumah sakit tidak dibom, orang-orang tidak terlantar," terang Moumtzis.

Moumtzis mendorong agar kedua pihak yang berseteru di Idlib tetap memastikan bahwa warga sipil bisa bergerak secara bebas ke wilayah manapun untuk menghindari pertempuran atau pengeboman. Moumtzis juga ingin agar para petugas penolong mendapatkan akses untuk menjangkau warga sipil.

Di sisi lain, PBB tak menutup kemungkinan akan adanya ratusan bahkan ribuan warga sipil yang kabur dari Idlib nantinya. Untuk itu, PBB tak pernah berhenti memastikan kelancaran pengiriman shelter, makanan dan bantuan lain jika hal tersebut terjadi.

"Tak mungkin saya mengatakan bahwa kami siap. Hal terpenting adalah kami melakukan upaya semaksimal mungkin untuk menjamin kesiapan, sebagai humanitarian kami berharap yang terbaik sambil mempersiapkan diri untuk kemungkinan terburuk," pungkas Moumtzis.

Setidaknya ada 33 orang tewas dan 67 orang terluka di akibat serangan bom udara maupun darat dalam periode 4-9 September. Moumtzis sendiri telah pergi ke Turki untuk berbicara dengan pihak pemerintah sekaligus mengawasi persiapan peningkatan pengiriman bantuan menuju Idlib di mana PBB telah mempersiapkan pasokan untuk dua juta orang. 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement