Kamis 20 Sep 2018 09:25 WIB

Erdogan: Turki Perkuat Kerja Sama dengan AS

Hubungan Turki dan AS sebelumnya kurang harmonis.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Nur Aini
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan
Foto: Presidential Press Service via AP
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Turki akan lebih memperkuat jalinan kerja sama yang strategis dengan Amerika Serikat, khususnya pada bidang perekonomian melalui perusahaan asal negeri Paman Sam itu. Kerja sama itu dibangun dengan melakukan investasi dan perdagangan.

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menerima beberapa perwakilan perusahaan Amerika untuk Turki, pada Rabu (19/9) malam di Ankara. "Kerja sama strategis Turki dan AS akan lebih diperkuat melalui investasi dan perdagangan, terlepas dari semua pasang surut," kata dia dilansir Anadolu Agency, Kamis (20/9).

Erdogan menyampaikan bahwa beberapa hal sudah diselesaikan negaranya meski terjadi konflik, kesulitan dan ketidakstabilan di antara kedua negara. "Kita tahu apa yang telah diselesaikan Turki meski ada ketidakstabilan, konflik dan kesulitan. Masalah-masalah ini bisa diatasi. Masa depan Turki akan jauh lebih cerah," tutur dia.

Pertemuan antara pihak perusahaan dan Erdogan berlangsung secara tertutup di kompleks kepresidenan. Pertemuan dua jam itu turut dihadiri Menteri Perindustrian dan Teknologi Mustafa Varank, Menteri Perdagangan Ruhsar Pekcan dan Wakil Ketua Partai Keadilan dan Pembangunan (AK) Lutfi Elvan.

Sebelumnya, hubungan Turki dan AS dalam kondisi yang kurang harmonis. Tensi kedua negara kembali meningkat menyusul penahanan seorang pastur asal AS, Andrew Brunson. Presiden AS Donald Trump mengancam akan menjatuhkan sanksi berat ke Turki jika tak membebaskan Brunson.

Sebaliknya Turki tak mau menuruti permintaan AS. Hingga akhirnya, Trump memutuskan untuk melipatgandakan tarif terhadap impor aluminium dan baja dari Turki masing-masing sebesar 20 persen dan 50 persen. Keputusan itu sempat menurunkan nilai mata uang Turki, Lira hingga dari 6,6 per dolar AS.

Nilai itu sekaligus menjadi titik terendah dalam sejarah terhadap mata uang asing. Sementara, Erdogan saat itu optimistis negaranya punya salah satu sistem perbankan yang paling kuat di dunia dalam segala hal.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement