Jumat 21 Sep 2018 19:31 WIB

Perang Saudara di Libya Terus Makan Korban

Tidak sedikit korban yang terluka dalam keadaan kritis

Rep: Lintar Satria/ Red: Budi Raharjo
Pertempuran yang terjadi di pangkalan udara Brak El Shati, Libya, Jumat (19/5).
Foto: bbc
Pertempuran yang terjadi di pangkalan udara Brak El Shati, Libya, Jumat (19/5).

REPUBLIKA.CO.ID, BENGHAZI -- Pemerintah Libya mengatakan korban tewas akibat perang antara kedua kelompok yang bertikai di Tripoli sudah mencapai 96 orang. Dilansir dari Arab News, Jumat (21/9), jumlah tersebut sudah termasuk warga sipil yang tidak libat dalam pertikaian.

Kementerian Kesehatan Libya juga melaporkan perang yang meletus pada 26 Agustus lalu menyebabkan setidaknya 444 orang terluka. Pada hari Kamis (20/9) bentrokan kembali pecah dan menewaskan 11 orang delapan di antaranya warga sipil.

Bentrokan tersebut juga melukai setidaknya 33 orang. Bentrokan tersebut telah melanggar gencatan senjata yang diserukan oleh PBB awal bulan ini. Pada akhir Agustus lalu Misi Pendukung PBB di Libya (UNSMIL) menyerukan gencatan senjata di Tripoli.

Di lansir dari Xinhua, UNSMIL juga memperingatkan agar pertempuran tidak terjadi dipermukiman penduduk. Mereka juga mengingatkan kedua belah pihak yang bertikai untuk menghormati gencatan senjata yang disepakit awal bulan September lalu dan tidak membunuh atau melukai warga sipil karena dilarang oleh Hukum Kemanusiaan Internasional.  

Bentrokan antara pasukan pemerintah yang didukung oleh PBB melawan anggota milisi bersenjata ini masih terus menelan korban. Karena tidak sedikit korban yang terluka dalam keadaan kritis.

Libya jatuh dalam kekacauan setelah pemberontakan pada tahun 2011 yang menggulingkan dan membunuh diktaktor Moammar Gadhafi. Di Tripoli dan bagian timur Libya dipimpin oleh pihak-pihak yang bertikai. Masing-masing kelompok didukung oleh milisi bersenjata.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement