Selasa 25 Sep 2018 18:44 WIB

Pasok Rudal S-300 ke Suriah, AS: Rusia Salah Besar!

AS menilai Israel memiliki hak sah untuk membela diri.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Teguh Firmansyah
Sistem rudal pertahanan udara s-300 buatan Rusia untuk Iran.
Foto: armyrecognition.com
Sistem rudal pertahanan udara s-300 buatan Rusia untuk Iran.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Pemerintah Amerika Serikat (AS) menganggap keputusan Rusia menyuplai Suriah dengan sistem rudal antipesawat S-300 sebagai kesalahan besar. Washington menilai, hal itu akan kian memicu ketegangan di negara tersebut.

Penasihat keamanan nasional AS John Bolton menyoroti tentang tudingan Rusia yang menyebut Israel bertanggung jawab atas jatuhnya pesawat mereka di Suriah. Padahal pesawat itu jatuh akibat rudal yang ditembakkan pasukan Suriah. Setelah insiden itu, Moskow memutuskan untuk memasok sistem pertahanan rudak antipesawat S-300 ke Damaskus.

"Israel memiliki hak yang sah untuk membela diri dari perilaku agresif Iran dan apa yang kita semua coba lakukan adalah mengurangi ketegangan, mengurangi kemungkinan permusuhan besar baru. Itulah mengapa presiden telah berbicara tentang masalah ini dan mengapa kita menganggap memperkenalkan S-300 sebagai kesalahan besar," kata Bolton, dikutip laman Fox News, Selasa (25/9).

Baca juga, Rusia Kirim Pertahanan Rudal S-300 ke Suriah.

Belum lama ini pesawat pengintai Rusia ditembak jatuh di Suriah. Insiden itu menyebabkan 15 personel militer Rusia tewas. Pesawat itu diketahui jatuh akibat terhantam tembakan sistem antipesawat Suriah.

Kendati demikian, Moskow enggan menyalahkan Damaskus. Rusia justru menuding Israel sebagai penyebab terjadinya insiden penembakan terhadap pesawatnya. Sebab ketika insiden terjadi, pasukan Suriah memang tengah melancarkan serangan balasan terhadap Israel yang telah menggempur Latkia, pangkalan udara tempat bermarkasnya pasukan Rusia.

"Sebagai akibat dari tindakan militer Israel yang tidak bertanggung jawab, 15 personel militer Rusia tewas. Ini benar-benar tidak sejalan dengan semangat kemitraan Rusia-Israel," ujar juru bicara Kementerian Pertahanan Rusia Igor Konashenkov pekan lalu.

Rusia merupakan sekutu Suriah. Saat ini kedua negara tengah berusaha untuk merebut dan menguasai kembali Provinsi Idlib yang masih dikuasai kelompok pemberontak serta milisi oposisi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement