Rabu 03 Oct 2018 18:33 WIB

Israel Tetap Lakukan Operasi Militer di Suriah

Rusia kirim sistem pertahanan rudal canggih ke Suriah.

Rep: Lintar Satria/ Red: Nur Aini
Sejumlah tank Israel bersiaga di kawasan Dataran Tinggi Golan dekat perbatasan dengan Suriah.
Foto: AP/Ariel Schalit
Sejumlah tank Israel bersiaga di kawasan Dataran Tinggi Golan dekat perbatasan dengan Suriah.

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Rusia sudah mengirim 49 unit sistem pertahanan udara anti-rudal S-300 ke Suriah. Menteri Pertahanan Israel Avigdor Lieberman mengatakan Israel tidak senang dengan pengiriman senjata canggih tersebut. Tapi ia tidak akan menghentikan operasi militer di Suriah.

"Saya tidak bisa mengatakan senang atas pengiriman S-300s, pada saat yang sama kami tidak punya pilihan di sini, kami tidak memiliki kesempatan untuk membuat keputusan," kata Lieberman, seperti dilansir dari Sputnik, Rabu (3/10).

Lieberman mengatakan kini sangat penting bagi Rusia dan Israel untuk memperbaiki hubungan mereka seperti sediakala. Hubungan kedua negara tersebut sedang menegang karena Israel menggunakan pesawat Rusia Ul-20 sebagai perisai mereka untuk menghindari tembakan sistem pertahanan udara Suriah.

Pesawat tersebut pun jatuh dan menewaskan semua penumpang di dalamnya. Sebagai balasan dengan alasan memastikan keamanan pasukan Rusia di Suriah, Kremlin mengirim peralatan canggih dan senjata mematikan S-300s ke Suriah.

"Saya pikir yang terpenting untuk dilakukan sekarang ini mengembalikan hubungan (kedua negara) kembali normal, itu tugas terpenting saat ini untuk kembali ke operasi normal," kata Lieberman.

Lieberman pun masih menyangkal pesawat jet F-16 Israel yang menyebabkan pesawat Il-20 jatuh. Lieberman menyalahkan Presiden Suriah Bashar al-Assad yang telah berbohong. Lieberman mengatakan selama dua tahun terakhir sudah 200 serangan Israel yang ditargetkan ke fasilitas milik Iran dan pasukan Hezbollah tapi tidak ada satu pun pasukan Rusia yang terluka.

"Tiba-tiba, kami dituduh 'mengatur' hal ini, tidak masuk akal, sebagai tambahan Anda harus memahami kecepatan F-16 itu dua setengah kali lebih cepat daripada Il-20, dan pada saat pertahanan udara Suriah menembak, pesawat Israel sudah berada di wilayah kami," kata Lieberman.

Lieberman mendorong ketegangan antara kedua negara ini diselesaikan melalui dialog meski situasinya sangat serius. Ia juga meminjam ungkapan Presiden Rusia Vladimir Putin yang mengatakan kejadian itu sebagai 'rantai kejadian yang tragis'.

"Oleh karena itu perlu memperlakukan dan memahami persoalan itu dengan cari ini, keduanya Israel dan Rusia harus lebih bijaksana, harus ada dialog positif, bekerja sama, dibandingkan terlibat dalam pertarungan publik," kata Lieberman.

Baca: Rusia Tuntaskan Pengiriman Sistem Rudal Canggih ke Suriah

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement