Ahad 21 Oct 2018 15:03 WIB

Eropa Minta Penyelidikan Kasus Khashoggi Secara Transparan

Uni Eropa menilai kasus Khashoggi telah melanggar konvensi Wina 1993.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Bayu Hermawan
Jamal Khashoggi
Foto: Instagram/@jkhashoggi
Jamal Khashoggi

REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS -- Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Federica Mogherini menyerukan penyelidikan menyeluruh, kredibel, dan transparan atas tewasnya jurnalis Arab Saudi Jamal Khashoggi. Ia menilai kasus Khashoggi telah melanggar konvensi Wina 1993 tentang hubungan konsuler.

"Uni Eropa, seperti para mitranya, menekankan perlunya investigasi menyeluruh, kredibel, dan transparan yang berkelanjutan, memberi penjelasan yang tepat mengenai keadaan pembunuhan dan memastikan akuntabilitas penuh dari semua pihak yang bertanggung jawab," kata Mogherini dikutip laman the Guardian, Ahad (21/10).

Beberapa negara Eropa pun telah menyatakan perhatiannya atas kasus Khashoggi. Dalam sebuah pernyataan bersama pada Sabtu (20/10), Kanselir Jerman Angela Merkel dan Menteri Luar Negeri Jerman Heiko Maas meminta Saudi memberikan penjelasan menyeluruh dan masuk akal perihal kasus Khashoggi.

"Kami mengharapkan tranparansi dari Arab Saudi mengenai keadaan di belakang kematian Khashoggi. Informasi yang diberikan Arab Saudi saat ini tidak cukup," kata Merkel dan Maas.

Setelah menyangkal terlibat dan enggan memberikan pernyataan resmi terkait kasus hilangnya Khashoggi, Saudi akhirnya buka suara. Riyadh mengakui Khashoggi tewas di gedung konsulatnya di Istanbul, Turki.  Namun, mereka membantah Khashoggi tewas dibunuh dan dimutilasi seperti yang ramai diberitakan media massa. Menurut Saudi Khashoggi tewas setelah terlibat cekcok mulut dan perkelelahian dengan orang-orang di dalam konsulat.

Baca juga: Kronologi Pengakuan Janggal Saudi Soal Kematian Khashoggi

Keterangan Saudi itu masih disangsikan oleh dunia internasional. Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Yves Le Drian mengatakan masih banyak pertanyaan dan teka-teki yang belum terjawab dari kematian Khashoggi. Ia tetap menyerukan dilakukannya penyelidikan yang cermat dan mendalam. Hal serupa disampaikan Menteri Luar Negeri Kanada Chrystia Freeland.

"Penjelasan yang ditawarkan (Saudi) sampai saat ini masih kurang konsisten dan kredibel," katanya.

Sementara Perdana Menteri Australia Scott Morrison mengaku menyesalkan pembunuhan Khashoggi. "Kami berharap Pemerintah Saudi bekerja sama sepenuhnya dengan pihak berwenang Turki mengenai penyelidikan masalah ini," ucapnya.

Berbeda dengan negara lain, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengaku mempercayai penjelasan Saudi bahwa Khashoggi tewas dalam perkelahian di dalam gedung konsulat. Ia mengatakan informasi yang diberikan Saudi kredibel dan merupakan langkah pertama yang penting.

Khashoggi, jurnalis Saudi yang kini menjadi kolumnis di the Washington Post, dilaporkan hilang saat mendatangi gedung konsulat jenderal Saudi di Istanbul, Turki, pada 2 Oktober. Pejabat kepolisian Turki mengklaim bahwa Khashoggi telah dibunuh di dalam gedung konsulat. Namun tudingan tersebut segera dibantah oleh pejabat konsulat Saudi di Istanbul.

Khashoggi dikenal sebagai jurnalis yang kerap melayangkan kritik keras terhadap kebijakan-kebijakan Saudi. Putra Mahkota Kerajaan Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman, yang dianggap telah melakukan reformasi sosial, juga tak luput dari kritikannya.

Terdapat 15 orang yang diduga terlibat dalam kasus hilangnya Khashoggi. Mereka berada di gedung konsulat jenderal Saudi di Istanbul pada 2 Oktober. Salah satu terduga tersangka itu bernama Maher Abdulaziz M. Mutreb. Ia diketahui seorang perwira intelijen Saudi yang pernah ditempatkan di kedutaan Saudi di Inggris. Selain Mutreb, nama lainnya yang diduga menjadi tersangka dalam kasus hilangnya Khashoggi adalah S. Muhammed A Tubaigy. Ia teridentifikasi sebagai pejabat forensik di Departemen Keamanan Umum Saudi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement