REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Arab Saudi sudah menahan 18 orang dan memecat lima pejabat senior. Penahanan tersebut merupakan bagian dari investigasi atas pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi.
Jurnalis senior dan penulis kolom the Washington Post tersebut hilang setelah masuk kantor konsulat Arab Saudi di Turki. Khashoggi dikenal sebagai penulis yang kritis terhadap pemerintahan Arab Saudi dan Putra Mahkota Pangeran Mohammed bin Salman.
Sebelumnya, Arab Saudi membantah terlibat dalam menghilangnya Khashoggi. Tapi, mereka akhirnya mengakui Khashoggi telah tewas dalam perkelahian di dalam konsulat.
Namun, masyarakat internasional tidak memercayai penjelasan itu. Pemerintah Turki mengatakan, ketika Khashoggi masuk ke dalam gedung konsulat, ia sudah ditunggu oleh 15 orang dalam tim pembunuh dari Arab Saudi yang datang dengan pesawat jet pribadi dua jam sebelumnya.
Menurut beberapa sumber dari pejabat Arab Saudi dan Turki, ke-15 orang tersebut bekerja sebagai militer atau keamanan dan intelijen Arab Saudi, termasuk anggota kerajaan. Surat kabar Turki yang pro pemerintah, Sabah, memublikasikan foto orang-orang tersebut yang diambil oleh kamera keamanan bandara internasional Atatürk di Istanbul.
Berikut profil orang-orang yang ditangkap berdasarkan foto-foto tersebut:
Saud al-Qahtani
Al-Qahtani adalah tangan kanan Pangeran Mohammed bin Salman. Laki-laki berusia 40 tahun tersebut sudah dipecat sebagai penasihat kerajaan. Ia pejabat tertinggi yang terlibat dalam kasus pembunuhan Khashoggi.
Ia masuk ke dalam lingkar kerajaan di akhir masa pemerintahan Raja Abdullah. Ia naik dengan cepat dalam pemerintahan Pangeran Mohammed bin Salman. Ia selalu berbicara atas nama Pangeran Mohammed bin Salman.
Menurut beberapa laporan, al-Qahtani yang memberikan perintah langsung kepada pejabat yang untuk melakukan pembunuhan Khashoggi. Salah satu tugasnya menyerang orang-orang yang mengkritik Kerajaan dan Pangeran Mohammed bin Salman di media sosial.
Ia menggunakan Twitter untuk menyerang balik orang-orang yang mengkritik kebijakan Pangeran Mohammed bin Salman. Al-Qahtani juga membuat grup di layanan percakapan Whatsapp yang berisi pemimpin redaksi surat kabar lokal dan memastikan berita mereka sesuai keinginan Kerajaan Arab Saudi.
Menurut orang-orang terdekat Khashoggi, dalam beberapa kesempatan, Qahtani berusaha membujuk jurnalis tersebut untuk pulang ke Arab Saudi. Ia khawatir dengan kritik Khashoggi di Washington Post.
Pada Agustus 2017 lalu, ia bertanya kepada 1,35 juta pengikutnya di Twitter untuk mengawasi orang-orang yang masuk daftar hitam kerajaan. "Apakah Anda pikir saya membuat keputusan tanpa perintah? Saya seorang karyawan dan seorang pelaksana yang patuh pada Raja dan Putra Mahkota saya," tulis Qahtani waktu itu.
Pejabat Arab Saudi mengatakan, Qahtani telah memberikan otoritas kepada bawahannya, Maher Mutreb, untuk melakukan apa yang ia sebut sebagai negosiasi dengan Khashoggi agar ia kembali ke kerajaan. Qahtani juga memberikan informasi yang tidak spesifik berdasarkan percakapannya dengan Khashoggi.