Jumat 02 Nov 2018 07:53 WIB

Pangeran Saudi Sebut Khashoggi Pengikut Islam yang Berbahaya

Putra Mahkota Saudi menggambarkan Khashoggi sebagai anggota Ikhwanul Muslimin.

Putra Mahkota Arab Saudi, Muhammad bin Salman
Foto: The Telegraph
Putra Mahkota Arab Saudi, Muhammad bin Salman

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammad bin Salman (MBS) melakukan percakapan dengan para pejabat Pemerintah Presiden Donald Trump. Dalam percakapan tersebut, Pangeran MBS menggambarkan kolumnis yang terbunuh, Jamal Khashoggi, sebagai pengikut Islam yang berbahaya.

Laporan Washington Post, Kamis (1/11), menyebut pernyataan tersebut dikeluarkan selama perbincangan dengan Penasihat Keamanan Nasional AS John Bolton dan Penasihat Senior serta menantu Presiden Trump Jared Kushner sebelum Riyadh mengakui Kerajaan itu membunuh Khashoggi.

Baca Juga

Pangeran MBS, penguasa de facto Arab Saudi, berusaha menggambarkan Khashoggi sebagai anggota Ikhwanul Muslimin, kelompok transnasional yang berasal dari Mesir dan telah menjadi pusat kecaman dari sebagian pejabat di dalam Pemerintah Trump, termasuk Blton. Namun, seorang pejabat Arab Saudi membantah bahwa pernyataan semacam itu dikeluarkan, kata kantor berita Anadolu, Jumat (2/11) pagi.

Tapi, pernyataan yang dilaporkan tersebut, jika benar, bertolak-belakang dengan pernyataan terbuka yang dikeluarkan Kerajaan tersebut saat Arab Saudi mengeluarkan pernyataan mengenai hilangnya Khashoggi sebelum akhirnya mengakui bahwa wartawan itu tewas di dalam Konsulat Arab Saudi di Istanbul, Turki, di tengah kecamanan internasional.

Menteri Luar Negeri Arab Saudi Adel al-Jubeir mengatakan Fox News bahwa kematian Khashoggi adalah kekeliruan yang mengerikan dan pada saat yang sama menyesalkan tragedi yang mengerikan itu.

"Ini adalah operasi saat beberapa orang melakukan perbuatan yang melampaui wewenang dan tanggung jawab mereka. Mereka membuat kekeliruan ketika mereka membunuh Jamal Khashoggi di dalam Konsulat dan mereka berusaha menutupinya," katanya.

Banyak laporan telah menunjukkan Arab Saudi berencana menimpakan kematian Khashoggi pada tokoh merah sebelum akhirnya mengakui Khashoggi terbunuh di dalam Konsulat.

Arab Saudi belum menjelaskan versinya mengenai hilangnya Khashoggi, dan Riyadh juga belum menyerahkan jasad Khashoggi setelah beberapa laporan mengatakan ia dimutilasi di instalasi diplomatik tersebut.

Kantor Kejaksaan di Istanbul mengatakan, Khashoggi dicekik hingga tewas dengan cara yang sudah direncanakan sebelumnya tak lama setelah ia memasuki Konsulat untuk meminta dokumen bagi perkawinannya, dan menambahkan jenazah Khashoggi dibuang setelah dimutilasi.

Anggota senior Parlemen AS, termasuk Senator Lindsey Graham, telah menepis pendapat yang mengatakan bahwa ada orang selain Pangeran MBS yang bisa menginstruksikan operasi itu.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement