Rabu 21 Nov 2018 15:47 WIB

Wakil Korsel Terpilih Jadi Presiden Interpol

Kim Jong-yang mengalahkan kandidat dari Rusia.

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Nur Aini
Logo Interpol.
Foto: Reuters
Logo Interpol.

REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI -- Badan polisi internasional, Interpol, telah memilih Kim Jong-yang dari Korea Selatan (Korsel) sebagai presiden untuk masa jabatan dua tahun, pada Rabu (21/11). Kim mengalahkan kandidat dari Rusia, Alexander Prokopchuk, yang pencalonannya menimbulkan kekhawatiran di Eropa dan Amerika Serikat (AS) akan risiko gangguan dari Kremlin.

Sebanyak 194 negara anggota Interpol, mengadakan pertemuan di Dubai untuk menyelenggarakan kongres tahunan. Dalam kongres ini, Kim terpilih untuk menggantikan presiden Interpol Meng Hongwei dari Cina, yang menghilang pada September lalu dan kemudian mengundurkan diri setelah pihak berwenang Cina mengatakan dia sedang diselidiki atas dugaan suap.

Meng menghilang saat sedang dalam perjalanan ke Cina. Ia kemudian mengirim surat kepada Interpol yang mengumumkan pengunduran dirinya. Beberapa hari setelah istrinya melaporkan bahwa ia telah menghilang, pihak berwenang Cina mengatakan dia sedang berada dalam penyelidikan.

Kim, yang telah menjabat sebagai pelaksana tugas presiden Interpol selama Meng menghilang, akan bertugas sebagai presiden baru Interpol selama dua tahun, untuk menghabiskan tahun periode jabatan Meng yang akan habis pada 2020. Presiden Interpol biasanya menjabat selama empat tahun.

Pekerjaan sehari-hari Interpol akan ditangani oleh Sekretaris Jenderal Jurgen Stock dari Jerman, tetapi kepresidenan Interpol masih memiliki pengaruh. Nestor R. Roncaglia dari Argentina juga telah terpilih untuk masa jabatan tiga tahun sebagai wakil presiden Interpol untuk Amerika.

Pencalonan Prokopchuk dari Rusia, seorang jenderal polisi dan salah satu dari empat wakil presiden Interpol, memicu kekhawatiran di Eropa dan AS tentang kemungkinan Rusia akan memanfaatkan kekuatan Interpol. AS pada Selasa (20/11) menyatakan mendukung Kim untuk memimpin agensi itu, setelah kelompok bipartisan senator AS menuduh Rusia mengeksploitasi Interpol.

Di Eropa, mantan perdana menteri Belgia dan anggota Parlemen Eropa, Guy Verhofstadt, mengatakan negara demokratis dan bebas mungkin perlu mengembangkan organisasi paralel jika Prokopchuk terpilih.

"Rusia telah secara konsisten menyalahgunakan Interpol untuk mengejar lawan politiknya," tulis Verhofstadt di Twitter, Selasa (20/11).

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement