Kamis 22 Nov 2018 17:35 WIB

Saudi Manfaatkan Dukungan Trump untuk Putra Mahkota

Donald Trump menyatakan MBS tidak terlibat pembunuhan Khashoggi.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nur Aini
Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman
Foto: AP/Amr Nabil
Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman

REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Menteri Luar Negeri Arab Saudi Adel al-Jubeir telah memanfaatkan pernyataan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk memperkuat klaim bahwa Pangeran Mohammed bin Salman (MBS) tak terlibat dalam kasus pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi.

"Apa yang kami dengar adalah presiden (Trump) mengatakan laporan CIA (tentang pembunuhan Khashoggi) bukan apa yang dikatakan orang-orang dan kami harus pergi dengan ini," kata al-Jubeir dalam sebuah wawancara dengan CBS News, Rabu (21/11).

Ia mengatakan Saudi telah mencermati bagaimana kasus Khashoggi terjadi, termasuk pelaksanaan operasi pembunuhan dan siapa yang terlibat di dalamnya. "Itu tidak ada hubungannya dengan putra mahkota (Pangeran MBS)," ujar al-Jubeir.

Kendati demikian, al-Jubeir menegaskan Riyadh tetap terbuka bagi semua pihak yang memiliki bukti-bukti tentang kematian Khashoggi. "Jika Anda memiliki bukti atau pemerintah mana pun memiliki bukti yang ingin disediakan ke pengadilan Saudi, saya yakin pengadilan akan senang menerimanya," kata dia.

Pada Selasa (20/11), Trump merilis pernyataan tentang pembunuhan Khashoggi. Ia mengatakan saat ini agen-agen intelijen AS terus menilai semua informasi yang tersedia berkaitan dengan kasus kematian jurnalis asal Saudi tersebut.

"Tapi sangat mungkin bahwa putra mahkota (Pangeran MBS) memiliki pengatahuan tentang peristiwa tragis ini. Mungkin dia melakukannya dan mungkin dia tidak melakukannya," kata Trump.

Trump kemudian mengungkapkan bahwa keseluruhan fakta tentang pembunuhan Khashoggi mungkin tidak akan pernah diketahui. Oleh sebab itu, AS akan tetap menjaga kemitraannya dengan Saudi.

Hal itu dilakukan guna memastikan kepentingan AS dan sekutu-sekutunya di kawasan Timur Tengah, termasuk Israel, tetap terakomodasi. "Jika kita meninggalkan Saudi, itu akan menjadi kesalahan besar," ujar Trump.

Sementara itu, dua pejabat AS yang enggan dipublikasikan identitasnya mengungkapkan, CIA telah menilai bahwa Pangeran MBS memerintahkan pembunuhan terhadap Khashoggi. Penilaian itu didasarkan pada bagaimana Kerajaan Saudi beroperasi, kontrol ketat yang dipegang Pangeran MBS, dan para pelaku pembunuhan yang dekat dengannya.

Khashoggi dibunuh di gedung konsulat Saudi di Istanbul, Turki, pada 2 Oktober. Saat ini Saudi telah menahan 11 tersangka yang terlibat dalam pembunuhan tersebut. Lima tersangka di antaranya telah dituntut hukuman mati.

Baca: Saudi tidak akan Toleransi Tudingan Menyasar Putra Mahkota

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement