Jumat 07 Dec 2018 07:08 WIB

Cina Tuntut Pembebasan Pimpinan Huawei

Penangkapan pimpinan Huawei ini membuat hubungan Cina dengan Kanada dan AS memanas

Huawei
Huawei

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Cina menuntut pembebasan dengan segera eksekutif senior telekom Huawei yang ditahan di Kanada. Penangkapan petinggi Huawei ini dikhawatirkan akan berkembang menjadi insiden yang mengancam hubungan diplomatik.

Beijing menyerukan kepada Ottawa dan Washington untuk mengklarifikasi alasan mereka atas penahanan Meng Wanzhou, kepala keuangan global perusahaan Cina tersebut, yang ditangkap di Vancouver pada Sabtu (1/12) lalu dan menghadapi ekstradisi ke AS. Otoritas Kanada mengkonfirmasi penahanannya pada Rabu (5/12) malam.

Baca Juga

Dikutip dari The Guardian, Juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina, Geng Shuang mengatakan pada Kamis (6/12) bahwa Beijing menyerukan AS dan Kanada untuk segera mengklarifikasi alasan penahanan dan segera membebaskan orang yang ditahan.

Kontroversi tersebut mengancam untuk mendorong konflik lebih jauh antara AS dan Cina. Geng mengatakan Cina telah memberikan bantuan konsuler kepada Meng sejak mengetahui penangkapannya.

Meng adalah salah satu wakil ketua di dewan perusahaan teknologi Cina dan merupakan putri pendiri perusahaan, Ren Zhengfei.

Penangkapannya dilaporkan terkait dengan dugaan pelanggaran sanksi AS. Sidang pengadilan telah ditetapkan pada Jumat (7/12), menurut departemen peradilan Kanada.

Dalam sebuah pernyataan, departemen itu menegaskan bahwa Meng telah ditangkap dan menghadapi ekstradisi. "Karena ada larangan publikasi yang berlaku, kami tidak dapat memberikan detail lebih lanjut pada saat ini. Larangan itu permintaan Nyonya Meng," katanya.

Pasar saham berjangka AS dan saham Asia jatuh setelah penangkapan Meng. Berita itu muncul ketika Washington dan Beijing memulai negosiasi tiga bulan yang ditujukan untuk mengurangi perang perdagangan, menambah kekhawatiran investor global atas kenaikan suku bunga AS dan risiko lainnya terhadap pertumbuhan ekonomi global.

"AS telah mengatakan kepada sekutunya untuk tidak menggunakan produk Huawei karena alasan keamanan dan kemungkinan akan terus menekan sekutu-sekutunya," kata Norihiro Fujito, kepala strategi investasi di Mitsubishi UFJ Morgan Stanley Securities di Tokyo.

"Jadi sementara ada momen singkat optimisme setelah pembicaraan akhir pekan AS-Cina, kenyataannya adalah, tidak akan semudah itu," katanya.

Otoritas AS telah menyelidiki Huawei setidaknya sejak 2016 karena diduga mengirim produk asal AS ke Iran dan negara-negara lain yang melanggar undang-undang ekspor dan sanksi AS, sumber mengatakan kepada Reuters pada bulan April.

Huawei, salah satu pembuat peralatan jaringan telekomunikasi terbesar di dunia, mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa Meng telah ditahan sementara dan menghadapi "tuduhan yang tidak ditentukan" di distrik timur New York.

Perusahaan mengatakan telah memenuhi "semua hukum dan peraturan yang berlaku di mana ia beroperasi", termasuk undang-undang sanksi.

"Hanya ada sedikit informasi yang diberikan kepada Huawei tentang tuduhan spesifik. Huawei tidak menyadari kesalahan apa pun oleh Ms Meng," kata Guo Ping, CEO perusahaan mengatakan dalam sebuah pernyataan yang diposting di akun Wechat, Kamis    (6/12).

"Perusahaan percaya sistem hukum Kanada dan AS pada akhirnya akan mencapai kesimpulan yang adil," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement